Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencurian CPU "Backhoe" Dinas Tata Air DKI Ganggu Proyek Waduk Cimanggis

Kompas.com - 26/10/2016, 12:42 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus pencurian central processing unit (CPU) pada sebuah alat berat jenis backhoe di Waduk Cimanggis, Jakarta Timur berpotensi mengganggu proyek waduk.

"Ya iya, otomatis (mengganggu pengerjaan)," kata Pengawas Proyek Waduk Cimanggis Marudin, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/10/2016).

Sebab, menurut Marudin, alat berat yang dikirim ke Waduk Cimanggis, Jakarta Timur tujuannya untuk pengerjaan proyek pembuatan waduk baru tersebut. Meskipu, saat ini belum ada perintah memulai pengerukan untuk waduk.

Menurut Marudin, Dinas Tata Air DKI Jakarta mengirim dua alat berat kurang lebih sepekan lalu. Namun, baru saja proyek akan dikerjakan, terjadi kasus pencurian CPU di salah satu alat beratnya.

"Baru satu minggu alat berat itu di sana, kita belum action, belum ada kegiatan, baru naruh alat lalu terjadi pencurian. Tujuan (dikirim alat berat itu) untuk pembuatan waduk," ujar Marudin.

"Itu baru awal kita kirim dua. Nantikan bisa ditambah-tambah lagi, karena untuk pembuatan waduk itu kan enggak sedikit (butuh banyak alat berat)," ujar Marudin.

Marudin belum tahu kapan alat berat itu bisa diperbaiki. Jika sudah ada suku cadangnya, perbaikan pun mungkin membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. Yang menangani masalah perbaikan, lanjut dia, yakni Unit Pelaksana Peralatan dan Perbekalan (Alkal).

Perbaikan dinilai cukup rumit karena yang dicuri yakni CPU atau otak alat berat tersebut.

"Karena itu pemasangannya agak rumit, itu CPU kan, otak yang bekerja untuk mengatur semua kebutuhan alat berat tersebut," ujar Marudin.

Untuk memulai perbaikan, tambah Marudin, butuh surat laporan kehilangan dari polisi. Sementara, menurut Marudin, polisi membutuhkan kelengkapan surat untuk laporan.

"Tapi kalau untuk melengkapi (laporam polisi) itu, prosesnya kita harus koordinasi dulu ke kantor Dinas sama ke kantor Alkal. Saya juga enggak ngerti kalau surat-surat begitu, itu kantor," ujar Marudin.

Marudin menjelaskan, kasus hilangnya CPU alat berat itu terjadi Minggu (23/10/2016) pukul 03.00 dini hari, bukan hari Sabtu (22/10/2016) seperti diberitakan sebelumnya. Ia mengatakan, sebetulnya ada penjaga yang menjaga alat berat itu.

"Kebetulan, pada jam 01.00 dini harinya itu hujan besar. Penjaga saya, itu neduh di saung setempat. Kemungkiman dalam kondisi begitu dimanfaatkan pelaku," ujar Marudin.

Kepala Dinas Tata Air DKI, Teguh Hendrawan sebelumnya membenarkan kejadian tersebut.

"Iya itu benar kejadiannya hari Sabtu kemarin. CPU yang hilang. Jadi untuk yang menggerakan alat berat itukan pakai CPU tuh, itu yang dicuri," kata Teguh, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/10/2016) pagi.

Menurut Teguh, pencurian itu terjadi di saat pekerja lengah mengawasi alat berat. Dirinya belum mau menduga apakah ada keterlibatan orang dalam atas kejadian tersebut.

Di Waduk Cimanggis sendiri, lanjut Teguh, ada dua alat berat yang dioperasikan. Dua alat berat itu sudah beroperasi sekitar dua minggu di Waduk Cimanggis untuk melakukan pengerukan.

Kasus pencurian CPU itu menimpa satu alat berat di antaranya. Kerugian akibat kejadian ini ditaksir sekitar Rp 200 juta. (Baca: CPU Alat Berat Dinas Tata Air DKI Seharga Rp 200 Juta Dicuri di Waduk Cimanggis)

Kompas TV Polisi Sita CPU dan Laptop dari Rumah Jessica
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com