Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumarsono Sebut Perlu Pergub untuk Pisahkan Kabel dengan Saluran Air

Kompas.com - 10/03/2017, 21:03 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan butuh peraturan gubernur yang untuk memisahkan kabel-kabel dalam saluran air di Jakarta. Menurut Sumarsono, pergub bisa menjadi langkah awal untuk menyelesaikan masalah kabel yang semrawut di dalam saluran air.

"Bayangkan saja kabel optik, kabel telepon, campur masuk dalam drainase, itu tidak bisa. Ini harus dibikin saluran sendiri, namanya "ducting utility" dan ini perlu pergub juga," ujar Sumarsono di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (10/3/2017).

(baca: Sumarsono: 90 Persen Saluran Air di Jakarta Dipasangi Kabel dengan Semrawut)

Sumarsono mengatakan ducting yang ada di kawasan Tanah Abang dan Rawamangun bisa menjadi model. Nantinya, kabel-kabel akan dimasukkan dalam ducting tersebut.

Sumarsono ingin pembuatan ducting dilakukan bersamaan dengan pembangunan trotoar di Jakarta.

"Nanti kalau sudah terpasang semua, baru kami putus saluran (kabel) yang lama," ujar Sumarsono.

Sumarsono mengatakan hal ini menjadi penting sebagai salah satu cara menghilangkan banjir di Jakarta. Menurut dia, normalisasi sungai yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta selama ini tidak bisa maksimal selama tidak diimbangi dengan pemisahan kabel dan saluran air.

"Siapapun gubernurnya, banjir akan tetap jadi persoalan. Normalisasi tidak cukup menyelesaikan kalau tidak simultan dengan penyelesaian drainase di kota ini," ujar Sumarsono.

Kompas TV Di Jakarta, yang jadi sorotan beberapa waktu belakangan adalah soal temuan sampah kabel di gorong-gorong. Yang paling nyata dampaknya adalah sumbatan di saluran air. Untuk kesekian kalinya sampah kabel ditemukan petugas di gorong-gorong Kota Jakarta. Pemprov DKI Jakarta akan memanggil perwakilan PT Telkom dan PLN pekan depan, sebagai pihak yang diduga kuat bertanggung jawab atas sampah-sampah kabel. Sampah kabel menyebabkan fungsi sistem drainase tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga rawan menyebabkan banjir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Megapolitan
Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com