Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Pengamat Tata Kota soal Polemik Parkir Meter di Jakarta

Kompas.com - 04/05/2017, 15:45 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai, sistem parkir meter yang ada di beberapa ruas jalan di Jakarta sebagai sebuah langkah maju agar Jakarta sejajar dengan kota-kota besar lainnya di dunia.

"Rencana parkir meter bukan hal baru karena sudah direncanakan sejak era Sutiyoso, lanjut ke Fauzi Bowo, Jokowi, dan Ahok. Ini dimaksudkan agar Jakarta menjadi kota metropolitan dengan standar dunia," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2017).

Pasalnya, lanjut dia, kota-kota di dunia telah menerapkan sistem perparkiran seperti e-parking, parking off street, dan park and ride guna menekan penggunaan kendaraan pribadi masuk ke pusat kota mereka.

Selain itu, parkir meter dianggap Nirwono sebagai langkah awal untuk menghilangkan parkir on the street yang menimbulkan titik kemacetan sebesar 30 persen di lokasi tempat parkir meter itu berada.

Dia menjelaskan soal kondisi Jalan Sabang yang telah menjadi lokasi penerapan parkir meter sejak 2014 silam. Di sana, hampir setiap hari dan setiap waktu terjadi kemacetan cukup parah karena juga bersinggungan langsung dengan perempatan Jalan KH Wahid Hasyim.

Oleh karena itu, jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta nantinya ingin menghapus sistem parkir meter maka harus dilakukan bertahap dengan peniadaan parking on the street.

Baca: Sandiaga: Parkir Meter Bukan Budaya Kita

Menurut Nirwono, ke depannya, petugas juru parkir akan berkurang dan digantikan parkir meter untuk sementara serta parkir off street dengan sistem e-money. Tujuannya adalah untuk menghilangkan praktik parkir liar dan mafia parkir agar setoran ke oknum bisa berhenti dan pemasukan dari sektor parkir dapat dioptimalkan.

"Sesuai rencana parkir meter on street akan dihapus secara bertahap sampai 2020, di mana kelak parkir on street akan dihapus atau dihilangkan di seluruh jalan raya di Jakarta sehingga diharapkan kemacetan dapat bkurang 30 persen," pungkas Nirwono.

Baca: Soal Parkir Meter, Ahok Sebut Mungkin Ormas-ormas Tidak Dapat Duit

Kompas TV Terkait beredar kabar, lahan parkir dikuasai preman dan 5 mesin parkir meter hilang,

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com