JAKARTA, KOMPAS.com - Pemprov DKI Jakarta memilih Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, sebagai percontohan program bedah rumah dengan alasan tingginya angka kemiskinan di wilayah tersebut.
Lantas, benarkah angka kemiskinan di Cilincing tergolong tinggi? Sekretaris Kelurahan Cilincing Ruki Cita Munggaran mengatakan, angka kemiskinan di Kelurahan Cilincing memang cukup tinggi.
Berdasarkan data yang dimiliki pihak kelurahan melalui basis data terpadu, dari 57.000 warga Kelurahan Cilincing, ada 13.000 warga yang warga tidak mampu.
Data tersebut berdasarkan pada warga penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP), program keluarga harapan, dan program bantuan lain yang mengategorikan warga penerima berasal dari warga tidak mampu.
"Dari basis data terpadu. Isinya warga-warga berdasarkan NIK yang menerima bantuan ekonomi sekitar 12.000 orang. Kemarin data nambah kurang lebih 700 orang, kira-kira 13.000-an," ujar Ruki saat ditemui di Kantor Kelurahan Cilincing, Jumat (5/5/2017).
(Baca juga: Warga Keluhkan Lamanya Pengerjaan Program Bedah Rumah)
Menurut dia, kebanyakan warga di Kelurahan Cilincing bekerja sebagai buruh, sopir kontainer, dan pekerja serabutan.
"Rata-rata pekerjaannya buruh penyangga Pelabuhan Kalibaru, Tanjung Priok. Buruh tidak tetap, sopir, nelayan pendatang. Dan mungkin jumlah (warga) miskin lebih dari itu," ujar Ruki.
Pemprov DKI Jakarta memasukkan 83 rumah milik warga tidak mampu ke dalam program bedah rumah.
Adapun syarat agar rumah warga bisa masuk dalam program bedah rumah ialah pemilik rumah harus berstatus warga tidak mampu.
Program ini dilaksanakan mulai 17 April dan ditargetkan selesai sebelum Oktober 2017.
(Baca juga: Bedah Rumah Ditargetkan Rampung Sebelum Jabatan Ahok-Djarot Berakhir)