Salin Artikel

Proses PPDB di Tangsel Terkendala Data Kependudukan Tidak Valid

Data yang dimaksud mengacu pada data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, di mana basis data itu digunakan dalam PPDB dengan sistem zonasi yang pertama kali dilakukan pada tahun ini.

"Aplikasinya sempat error, aplikasinya kan by data, data domisili itu dari Dinas Dukcapil. Cuma mungkin karena banyak data kependudukan yang belum valid itu sehingga menyebabkan error dan banyak yang tertukar," kata Wakil Kepala SMPN 12 Tangsel Kunardi saat ditemui Kompas.com, Jumat (14/7/2017) siang.

SMPN 12 merupakan salah satu sekolah yang mengalami kendala itu. Bahkan, akibat banyak data tidak valid, menyebabkan beredarnya video orangtua calon murid yang mengancam akan melakukan aksi di gerbang sekolah jika anaknya yang tinggal kurang 200 meter dari sekolah tidak diterima.

Adapun yang dimaksud tertukar itu adalah mereka yang berdomisili dekat dengan sekolah dianggap tinggal paling jauh. Sebaliknya, mereka yang sebenarnya bermukim jauh dari sekolah justru malah dianggap dekat dengan zona sekolah dan langsung diterima di sekolah tersebut.

Aturan zonasi pada PPDB tahun ini didasari pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017. Mengacu dari kebijakan tersebut, Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Pendidikan menerapkan petunjuk teknis dengan sistem skoring, di mana yang berdomisili kurang 200 meter dari sekolah berpeluang lebih besar diterima.

(baca: Data PPDB Tidak Valid, Puluhan Anak di Tangsel Tak Diterima Sekolah Dekat Rumah)

Kemudian, yang domisilinya berjarak 200 meter sampai 2 km dari sekolah itu diberi skor 40, 2-4 km skornya 30, 4-6 km skornya 20, dan di atas 6 km skornya 10.

Perhitungan skor juga mempertimbangkan faktor lain seperti usia, nilai, dan prestasi.

"Ada orang yang rumahnya kurang dari 200 meter malah tidak diterima. Yang rumahnya di atas 6 km malah diterima," tutur Kunardi.

Mengenai hal tersebut, pihak SMPN 12 telah mendata dan melaporkan kendala itu kepada Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan untuk ditindaklanjuti.

Kunardi juga menyarankan agar orangtua calon murid lain yang mengalami masalah serupa untuk bersabar sampai ada instruksi lebih lanjut dari Dinas Pendidikan selaku regulator kebijakan ini.

(baca: Cerita soal Orangtua di Tangsel yang Kecewa Anaknya Tak Dapat Sekolah Dekat Rumah)

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/14/16531961/proses-ppdb-di-tangsel-terkendala-data-kependudukan-tidak-valid

Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke