Salin Artikel

Kisah Pedagang Kerupuk Tuna Netra dan Pengemudi Ojek Online

Dari pengalaman tersebut, Rama mendapatkan pelajaran berharga untuk tidak mudah menyerah pada keadaan.

Ia kemudian membagikan ceritanya lewat laman akun Facebook pribadinya pada Rabu (9/8/2017) malam dan langsung menjadi viral.

Awalnya, Rama tidak mengetahui calon pelanggannya adalah seorang penyandang tunanetra. Bahkan dia sempat kesal dan berpikir mendapat orderan palsu.

Sebab, selama setengah jam ia berputar-putar di lokasi penjemputan, namun calon pelanggan itu tak juga menemukan sang pemesan.

Baca: Terjaring Razia, Pengemudi Ojek Online Ini Ditinggal Penumpangnya

Ia hanya melihat seorang pria berdiri di samping tembok, yang menurutnya tidak mungkin orang yang memesan ojek online.

Rama kemudian menghubungi nomor calon pelanggan itu, ternyata pria tersebut yang mengangkatnya.

"Karena sudah yakin, ane langsung samperin dah ga pake lama. Ane lsg minta maaf krn ngebuat dia nunggu lama," tulis Rama di dinding Facebooknya.

Rama kemudian mengajak pelanggannya yang tunanetra itu mengobrol. Ia pun bertanya bagaimana pria tersebut bisa membalas chat, sementara matanya tidak bisa melihat.

Pria bernama Rudi itu ternyata memiliki aplikasi khusus yang mengubah tulisan ke suara. Rama pun bertanya apakah pelanggannya tahu berapa tarifnya.

Rudi mengaku tidak tahu dan meminta Rama memberitahunya nanti. Rama sempat khawatir pelanggannya tersebut dikerjai pengojek lain dan meminta tarif lebih.

"Saya heran gimana caranya dia bisa pesen ojol (ojek online). Kadang orang biasa saja suka keliru waktu pakai aplikasi ini. Tapi dia bisa tepat ngasih alamat dan titik jemputnya," kata Rama saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/8/2017).

Dari perbincangan sepanjang perjalanan, Rama mengetahui pria yang tersebut baru beberapa pekan tinggal di Jakarta.

Sebelumnya ia tinggal di kampung dan pergi ke ibukota untuk membantu biaya hidup. Minimal membiayai diri sendiri.


Rama mengatakan, Rudi enggan bekerja dengan meminta-minta atau mengharap belas kasihan.

Mendengar kata-kata Rudi, Rama merasa terenyuh. Ia berpikir, orang dengan keterbatasan fisik itu saja tidak ingin menyusahkan orang lain.

Sementara banyak orang di luar sana yang malas-malasan bekerja, padahal fisiknya sempurna.

Rama mengantarkan pria tersebut dari Jalan Inspeksi Kali Sunter ke Jalan Cipinang Lontar dengan tarif Rp 13.000.

Rama sempat berpikir untuk menggratiskan ongkos penumpangnya. Namun, ia urungkan niatnya karena Rudi sebelumnya berkata tidak ingin dikasihani.

Karena ingin membantu, Rama pun membeli kerupuk dagangan Rudi yang besar seharga Rp 20.000. Rama memberi uang lebih Rp 5.000, namun Rudi enggan menerimanya.

Baca: Terpisah 10 Tahun, Pengemudi Ojek "Online" Itu Ayah dari Penumpangnya

"Rasanya kayak ditampar. Jujur aja saya sebagai seorang driver kalau nganter penumpang pasti 'ngarep' dikasih tips. Biarpun Rp 1.000 atau Rp 2.000 udah senang. Tapi beliau malah enggak mau, dengan alasan yang benar-benar bikin terenyuh dengarnya," kata Rama.

Rama mengatakan, kejadian tersebut menyadarkan dirinya untuk terus bersyukur dengan keadaan.

Sebagai manusia yang sempurna, kata dia, tidak sepatutnya mudah menyerah dengan kondisi seburuk apapun.

"Contoh beliau yang tetap semangat jualan kerupuk biar pun kondisi fisik enggak sempurna dan belum lagi kondisi cuaca yang panas terik waktu itu," tutur Rama.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/12/18052451/kisah-pedagang-kerupuk-tuna-netra-dan-pengemudi-ojek-online

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke