Menurut Silvia, meski terletak di bawah tanah, keempat stasiun ini sudah dirancang agar tetap kering jika muncul genangan.
"Mencegah air masuk in the first place, pintu masuk kami buat lebih tinggi, jadi harus naik dulu baru masuk ke dalam, itu supaya mencegah masuk," kata Silvia di Lebak Bulus, Selasa (31/10/2017).
Ada pula flat gate barrier yang merespon otomatis terhadap ketinggian air ketika terjadi banjir. Selain itu, di stasiun juga dibangun sump pit yakni lubang untuk menampung air ketika masuk. Air kemudian bisa dipompa kembali ke luar.
Tak hanya banjir, gempa pun juga menjadi pertimbangan dalam konstruksi MRT. Silvia memastikan konstruksi baik layang atau bawah tanah, tahan gempa.
Selain itu, jika terjadi mati listrik, MRT sudah menyiapkan rencana darurat. Kereta tetap akan bisa melaju ke stasiun terdekat untuk menurunkan penumpang.
"Jarak antar stasiun itu 800 meter sampai satu kilometer, paling jauh dua kilometer, jadi desain kereta masih bisa punya momentum untuk meluncur," kata Silvia.
Jika terpaksa berhenti, mulut kereta akan terbuka dan penumpang bisa keluar. Menurut Silvia, ini adalah skenario terburuk yang mungkin dihadapi MRT.
Tahun depan, MRT berencana menggandeng kepolisian, Dinas Penanggulangan Kebakaran, BPBD, dan semua instansi terkait untuk latihan kesiapan menghadapi bencana.
"Jadi kalau ada emergency kami tahu harus ngapain, jadi penanggulangan bisa cepat," kata Silvia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/31/19092131/4-stasiun-mrt-berada-di-kawasan-rawan-banjir-bagaimana-antisipasinya