Salin Artikel

Kisah Juragan 43 Kontrakan yang Kini Hidup Kekurangan di Rusun Rawa Bebek

Sebelum berkeliling mengunjungi warga, Kompas.com terlebih dulu menemui petugas sekuriti dan pengelola rusun. Tidak seperti beberapa rusun biasanya yang pernah disambangi Kompas.com, pengamanan di rusun ini terbilang cukup ketat.

Di rusun ini terlebih dahulu Kompas.com diberikan name tag untuk dikalungkan selama berada di rusun. Selain itu, kartu identitas difoto dan KTP ditahan yang nantinya akan dikembalikan pada saat selesai meliput.

Setelah selesai meminta izin meliput, Kompas.com langsung berkeliling rusun. Saat berkeliling, tampak seorang ibu sedang membereskan galon air yang letaknya di kolong tangga Blok D.

Ibu tersebut bernama Sri Ningsih dan diketahui adalah korban gusuran Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara.

Awal mula Sri dan keluarganya digusur

Sri menceritakan, pada 11 April 2016, dirinya sedang berada di kediamannya yang terletak di RT 012 RW 004 Kampung Akuarium. Sri telah mengetahui bahwa permukiman yang ada di bantaran kali sekitar Kampung Akuarium akan digusur. Beberapa alat berat pun sudah berada di sekitar bantaran kali.

Karena kediamannya berada cukup jauh dari bantaran kali, Sri tidak khawatir rumahnya akan digusur. Namun, setelah meratakan bangunan yang ada di bantaran kali, rupanya alat berat juga menyisir rumah-rumah yang terdapat di dalam Kampung Akuarium.

Sri beserta anak dan suaminya yang pada saat itu belum sempat menyelamatkan harta bendanya, kecuali surat-surat berharga, hanya bisa melihat kediamannya dibongkar dan diratakan alat berat.

"Pak Lurah dan Pak Camat waktu itu bilang yang digusur itu yang di bantaran kali. Saya santai-santai saja, tetapi kok alat-alat berat itu malah menuju ke rumah, saya kaget," ujar Sri sambil mengingat peristiwa itu kepada Kompas.com, Selasa (28/11/2017).

Sri beserta suaminya yang bernama Lalu Yamin dan anak perempuannya bernama Asri Khozizah yang saat itu baru berusia 6 tahun tidak bisa berbuat banyak.

Mereka digiring masuk ke mobil truk untuk kemudian dipindahkan ke Rusun Rawa Bebek yang kala itu belum rampung pembangunannya.

"Kami tinggal di rusun yang sama sekali kosong, tidak ada kasur, tidak ada perabotan rumah tangga. Kami mau bawa barang-barang kami pun tidak bisa karena sudah habis dan hancur diratain buldoser," ucapnya.

Sri punya 43 kontrakan di Kampung Akuarium

Selain harta benda di kediamannya yang tak bisa dibawa, Sri hanya bisa meratapi ke-43 kontrakan miliknya yang juga ikut diratakan alat berat.

Bukan perkara mudah bagi Sri untuk memiliki 43 kontrakan. Kontrakan yang dimilikinya tersebut didapatnya dari hasil tabungannya selama berjualan di Blok A Tanah Abang.

"Awalnya punya kontrakan itu tahun 1992, waktu itu baru lima pintu, ukurannya 3 meter persegi. Secara bertahap dari waktu ke waktu akhirnya punya 43 pintu. Setelah itu enggak jualan lagi di Tanah Abang," ucapnya.

Sri dan suaminya lebih memilih mengurus kontrakannya karena dari kontrakan saja mereka bisa meraup Rp 25 juta setiap bulannya.

Namun, hal itu kini hanya menjadi kenangan. Sumber mata pencarian mereka sudah habis diratakan alat berat. Bahkan, Sri mengaku tidak ada ganti rugi yang didapatnya dari penggusuran tersebut.

Sebelum digusur, Sri meminjam uang ke bank yang nilainya mencapai Rp 200 juta untuk merenovasi beberapa kontrakannya menjadi permanen.

Namun, ketika uang pinjaman dan tabungannya habis untuk melakukan renovasi, ke-43 kontrakannya tersebut langsung digusur. Akhirnya, kini Sri masih meninggalkan sejumlah utang di bank.

"Kami sempat drop, abi juga drop, tetapi bagaimana lagi. Kami harus tetap hidup, ada anak yang harus tetap makan," kata Sri.

Sri dan keluarga diminta keluarganya yang berada di Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali pulang ke kampung halaman. Namun, Sri dan keluarga lebih memilih bertahan di Rusun Rawa Bebek sambil berharap mendapatkan kepastian ganti rugi terkait gusuran yang dialaminya.

"Saya mau perjuangkan hak saya. Saya mau lihat Kampung Akuarium itu mau dijadikan apa," ucapnya.

Serba kekurangan

Kini, Sri, suaminya, dan anak perempuannya menyandarkan nasibnya di lantai 3 Blok D Nomor 02 Rusun Rawa Bebek.

Di dalam tempat tinggalnya di rusun, hanya ada selimut untuk alas tidur, beberapa bantal, dan alat memasak. Sri dan suami kerap merasa sedih jika anak perempuannya yang kini duduk di kelas 2 SD meminta dibelikan televisi.

"Biasanya nangis, tetapi saya hibur. Dia kalau nonton di rumah tetangga," kata Sri.

Untuk bertahan hidup, kini mereka berjualan air kemasan galon dan tabung gas 3 kilogram yang modalnya didapatkan dari hasil menjual anting yang masih menempel di telinga Sri dan anak perempuannya.

Dari modal Rp 1,5 juta yang dimilikinya, Sri memulai menjual air kemasan galon dan gas yang kemudian ditawarkan kepada para penghuni rusun. Saat pertama mulai berjualan, untuk menjual lima galon dan tiga tabung gas saja butuh waktu tiga hari. Sekarang Sri sudah bisa mengantongi untung Rp 50.000 dari menjual 30 air kemasan galon dan 20 tabung gas.

Sri berharap anaknya tetap bisa bersekolah dan kejelasan terkait rumahnya yang berada di Kampung Akuarium segera didapat.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/28/11055761/kisah-juragan-43-kontrakan-yang-kini-hidup-kekurangan-di-rusun-rawa-bebek

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke