Warga Pluit itu datang ke Vihara Dharma Bakti bukan untuk merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh hari ini, Jumat (16/2/2018). Ia bersama belasan temannya datang untuk mengabadikan momen setahun sekali tersebut.
Uniknya, Nanuk tak menyenjatai diri dengan kamera canggih dan lensa panjang khas fotografer profesional yang sibuk menangkap momen. Sebaliknya, ia hanya membawa setumpuk kertas dan beberapa jenis spidol.
Nanuk dan kawan-kawan merupakan anggota Komunitas Sketchaholic dan Indonesian Sketcher. Kedua komunitas itu kerap menghadiri momen-momen unik seperti Imlek untuk diabadikan dalam lukisan sketsa.
"Kami selalu menggunakan momen-momen yang ada untuk diabadikan dalam lukisan sketsa. Kebetulan momennya Imlek makanya kami datang ke vihara-vihara dan klenteng," kata Nanuk.
Selain Imlek, Nanuk dan kawan-kawan juga rajjn mendatangi momen-momen megah lainnya seperti perayaan Tahun Baru.
"Kalau Tahun Baru, biasanya kami berpindah-pindah cari tempat yang ramai. Kadang di Bundaran HI, kadang di Blok M, tergantung isu," kata dia.
Di luar itu, komunitas yang beranggotakan puluhan orang ini juga rutin berburu momen untuk diabadikan dalam bentuk sketsa setiap bulannya.
"Kadang sebulan dua kali, kami hunting ke tempat-tempat klasik seperti Kota Tua atau Pelabuhan Sunda Kelapa. Kadang sendiri, kadang juga ramai-ramai," kata Nanuk.
"Untuk sekadar mengabadikan. Jadi sewaktu-waktu bangunannya sudah tidak ada, saya masih punya sketsanya," kata Nanuk.
Otodidak
Di sudut lain vihara, Dika asyik duduk memandangi sebuah gapura yang berada di hadapannya. Spidol hitam yang ia genggam asyik "menari" di atas kertas mengikuti alur bentuk gapura.
Berbeda dengan Nanuk, pemuda berusia 17 tahun itu baru pertama kali datang ke Vihara Dharma Bakti untuk mengabadikan momen Imlek.
"Ini saya juga baru pertama kali diajak main ke sini. Biasanya sih nge-sketch sendiri saja ke Kota Tua," kata Dika yang sudah hobi menggambar sejak kecil.
Meskipun hobi membuat sketch akrab dengan bidang ilmu arsitektur atau seni rupa, Dika mengaku tidak punya latar belakang pendidikan di kedua bidang studi tersebut.
"Enggak, saya saja masih SMA. Enggak perlu belajar khusus, saya pun belajarnya otodidak," kata Dika.
"Bebas, semua boleh bergabung. Memang ada yang latar belakangnya arsitek, arsitek interior, tapi banyak juga yang gabung hanya karena hobi," kata Nanuk.
Dika pun menyebut tidak dibutuhkan modal besar untuk memulai hobinya itu.
"Enggak mahal kok, yang paling sederhana mungkin sekitar ratusan ribu rupiah untuk beli spidol dan kertas," kata Dika.
Sementara, apabila ingin lebih menyeriusi hobi membuat lukisan sketch tersebut tentu dibutuhkan modal yang lebih besar. Pantauan Kompas.com, sejumlah anggota komunitas sketch punya persenjataan lebih lengkap dengan sejumlah kuas dan cat air untuk mewarnai lukisannya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/16/16383931/komunitas-sketch-mengabadikan-momen-unik-imlek-dalam-bentuk-sketsa