Salin Artikel

Tukang Becak: Jangan Sampai Kita Dikejar Satpol PP Lagi kayak Maling

Sebab, kata mereka, razia tentu mematikan sumber penghasilan mereka. Sertani misalnya, laki-laki yang menarik becak sejak 1975 ini terpaksa pulang kampung setiap razia digelar.

"Ya terpaksa pulang kalau razia. Habis, di sini nyari becak enggak ada lagi, sudah pada ketakutan, yang ada juga dikandangin enggak boleh narik, terpaksa pulang," kata Sertani saat ditemui pada Selasa (13/3/2018).

Tak sedikit pula tukang becak yang memilih menyembunyikan becaknya dan pulang ke kampungnya. Ketika razia selesai, barulah mereka kembali menarik becak.

Menurut Sertani, hal itu dilakukan supaya becak-becak mereka tidak disita. "Enggak bisa ngomong apa-apa kalau sudah diambil, enggak boleh, dilarang kalau mau ambil lagi," katanya.

Sementara itu, tukang becak lainnya yang bernama Karmo, merasa diperlakukan tidak adil apabila ia dan kawan-kawannya dirazia.

"Jangan sampai kita lagi-lagi dikejar. Kita kalau bayangin tukang becak dikejar satpol PP tuh kayak maling," katanya.

Watim, tukang becak lainnya, menyatakan bahwa razia sudah mulai jarang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. "Ya setelah Anies naik itu lah mulai jarang (razia), kira-kira habis tahun baru," katanya.

Sementara itu, kata dia, sebelumnya, razia digelar hampir setiap hari. Akibatnya, tak jarang ia pulang dengan tangan kosong saat razia digelar.

"Kadang-kadang tuh razia pagi-pagi, kita baru dapat satu penumpang atau belum dapat penumpang juga sudah kena garuk. Ya akhirnya pulang-pulang mesti lapar karena kena garuk," kata Sertani.

Untuk menghindari diadakannya penertiban, Watim pun mengajak para tukang becak mengikuti aturan yang sudah disepakati, misalnya mendaftarkan diri di Dinas Perhubungan DKI atau tidak mengetem di pinggir jalan raya.

"Sekarang kan sudah ada aturannya, enggak boleh mangkal di jalan raya itu kan sudah dikasih tahu, tetapi, kalau tukang becaknya badung, tetap mangka di jalan raya, itu bukan salahnya pemerintah atau satpol PP, itu kesalahan kita-kita," kata Watim.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat mengeluarkan wacana mengizikan becak beroperasi di jalan-jalan kampung di Ibu Kota.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/13/18063861/tukang-becak-jangan-sampai-kita-dikejar-satpol-pp-lagi-kayak-maling

Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke