"Karena ini sampah di tepi laut, handicap-nya masalah cuaca. Ini hilir mudik kapal saja memakan waktu," kata Yusen.
Ia menjelaskan, perjalanan kapal pengangkut sampah itu dipengaruhi ketinggian air di kawasan tersebut.
Ketika air surut, kapal-kapal sulit mendekati lautan sampah karena dikhawatirkan dapat kandas.
"Boro-boro (kapal) sandar, lalu lintasnya saja terganggu," katanya.
Sementara air laut yang pasang dikhawatirkan membuat sampah-sampah yang tertumpuk di bibir pantai tersapu oleh air yang datang.
Tidak hanya gelombang laut, hujan deras juga menghambat pembersihan. Sabtu (17/3/2018) lalu, pengangkutan sampah pun terpaksa dihentikan karena hujan deras.
"Kalau hujan khawatir geledek, bro," kata Yusen.
Pembersihan sendiri telah dimulai sejak Sabtu (17/3/2018). Sebelumnya, bibir pantai di kawasan hutan mangrove Ecomarine dipenuhi sampah sejak awal Februari 2018.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, sampah-sampah tersebut didominasi sampah plastik, seperti botol air kemasan, bungkus deterjen, hingga kemasan makanan ringan.
Ketua Komunitas Muara Angke Risnandar mengatakan, lautan sampah tersebut muncul akibat fenomena baratan atau angin barat yang membawa sampah-sampah di laut merapat ke daratan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/19/14221731/perjuangan-bersihkan-muara-angke-dari-sampah-dihantam-gelombang-hingga