Saparno pertama kali mengenal cara mengembangkan tanaman hidroponik saat mengikuti pelatihan yang digelar sebuah perusahaan empat tahun lalu.
Ia kemudian mengaplikasikan hasil pelatihan itu di Gang B dan Gang C, dua gang kecil dari banyaknya gang di Kelurahan Pengadegan. Program itu sudah berjalan sembilan bulan.
Bersama karang taruna di lingkungannya, dia merawat tanaman-tanaman hidroponik itu hingga sudah 10 kali panen.
Hasil panen itu dijual dan uangnya digunakan kembali untuk membeli bibit tanaman, pupuk, nutrisi tanaman, hingga set baru tempat menanam tanaman hidroponik.
"Tanaman pertama dimodalin. Setelah panen pertama, kami kelola sendiri. Kami beli bibit lagi, pupuk," kata Saparno.
Berbagai sayuran ditanam di sembilan set pipa paralon yang dibuat, mulai dari sawi, terong ungu, cabai rawit, seledri, daun bawang, pakcoy, selada, hingga kangkung. Waktu panen setiap sayuran berbeda-beda.
"Sebulan ada yang sekali panen, ada yang dua kali. Sebulan omzetnya itu dari 9 set, sekitar Rp 700.000," ucapnya.
Totalnya berarti menjadi sebelas set tempat tanaman hidroponik. Dengan begitu, lingkungannya makin asri, hijau, dan memiliki udara segar, karena semakin banyak tanaman.
Di bawah tanaman hidroponik itu terdapat kolam berisi ikan. Karang taruna RT 001/001 Pengadegan juga membudidayakan ikan di kolam kecil yang lebih mirip got itu.
"Ada ikan lele, gabus, gurame, nila. Kami punya 5 kolam," kata Saparno.
Menurut dia, merawat tanaman hidroponik gampang-gampang susah. Air di akuarium yang dibuat dari boks plastik itu harus rutin dicek agar tak kekeringan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/29/13435031/menanam-sayuran-di-gang-kecil-ibu-kota