Salin Artikel

Keluh Kesah Pengguna KRL Terdampak Perbaikan Sistem E-Ticketing...

Salah satunya, Ichsan Suhendra (29), penumpang KRL di Stasiun Bojong Gede yang tidak bisa menggunakan kartu bank untuk akses masuk gate elektronik. 

"Petugas bilang 'enggak usah nge-tap, langsung masuk saja', di saat masuk enggak bayar. Di saat berhenti di Stasiun transit Duri, ada pengumuman hari ini KAI ada gangguan cuma bisa pakai kartu multi trip, (kartu) dari bank enggak bisa," kata Ichsan kepada Kompas.com, Minggu (22/7/2018).

Ia mengeluarkan biaya perjalanan Rp 7.000 dari Stasiun Bojong Gede-Stasiun Tangerang. Saat membeli saldo kartu, ia harus mengantre sekitar 100 meter. 

"Dari empat line, (loket) yang dibuka cuma dua line dan antreannya mengular," ujarnya.

Antrean yang mengular juga dirasakan Widi (22), penumpang KRL di Stasiun Pondok Ranji.

Ia melihat para petugas turun tangan membantu penumpang mengakses gate elektronik.

"Antreannya banyak banget, banyak juga (penumpang) yang marah-marah. Awalnya di kereta diumumkan (kartu) yang lama ditukar yang baru, enggak tahu kalau bakal ada ganguan," kata Widi.

Akibatnya, Widi ketinggalan satu perjalanan kereta. Ia pun harus membeli tiket harian berjamin (THB) seharga Rp 14.000.

Gilang (25), penumpang KRL Bekasi-Jakarta Kota merasakan ketidaknyamanan dengan teguran petugas saat sedang mengantre. 

"Si petugas bilang, 'kalau enggak mau ngantre, naik transportasi yang lain saja' sambil tangannya ngarahin gue ke luar pintu gerbang stasiun, dong," kata Gilang.

Sebagai pemegang kartu Flazz BCA, ia mengaku tidak menerima sosialisasi petugas terkait kendala akses gate elektronik dan peralihan ke THB.

"Yang disesalkan adalah cacat sosialisasi, ketidakmatangan sistem yang diterapkan paksa, dan ketidaksiapan petugas dalam melayani saat kondisi darurat," ujarnya. 

Kendala juga dialami pengguna KMT yang mengganti nomor seri terbaru, Tika (23), penumpang KRL Cakung-Stasiun Tangerang.

Ia berangkat sekitar pukul 11.00 dengan menyiapkan saldo Rp 18.000, tetapi ternyata KMT barunya tidak bisa digunakan.

"Si petugas bilang, 'Mbak, (kartu) enggak bisa (digunakan) lagi perbaikan sistem'. Terus aku bilang, 'kan aku sudah pakai kartu yang baru. Enggak bisa juga? Terus gimana?', Petugas bilang, 'caranya, Mbak, bayar lagi'," ujar Tika.

Kepada Tika, petugas itu menyebut saldo dalam kartu barunya tidak berkurang.

Namun, ia harus mengeluarkan biaya Rp 5.000 untuk membeli kartu THB untuk perjalanan Cakung-Tangerang.

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menyiapkan tiket kertas Rp 3.000 ke semua stasiun tujuan, mulai Senin (23/7/2018). Penumpang diminta menyiapkan waktu lebih dan uang tunai untuk pembayaran.

"Di stasiun awal, tiket kertas perlu diperlihatkan kepada petugas untuk ditandai bahwa tiket tersebut telah terpakai dan selanjutnya disimpan sebagai bukti perjalanan," kata VP Komunikasi Perusahaan PT KCI Eva Chairunisa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/22/23422881/keluh-kesah-pengguna-krl-terdampak-perbaikan-sistem-e-ticketing

Terkini Lainnya

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS Untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS Untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Kardus, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Kardus, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Megapolitan
Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Megapolitan
Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke