Salin Artikel

Kisah Soleh, 25 Tahun Menjaga Warga Kemayoran agar Bebas Banjir

Pria dengan tubuh yang tak lagi sempurna itu terlihat mondar-mandir di terowongan yang gelap karena tak ada cahaya lampu yang menyinarinya.

Sesekali, pria tersebut memeriksa sebuah mesin pompa yang terlihat tak berfungsi di terowongan itu.

Dengan bekal lampu dari kendaraan yang melintas, pria itu terlihat mengotak-atik pompa selama beberapa menit.

Kemudian, ia pergi berjalan kaki menuju jalan raya sambil melihat sebuah selokan tempat pembuangan air.

"Coba dengarkan, ada terdengar air mengalir kan. Itu tandanya air sudah disedot, tinggal tunggu surut," ujar pria tersebut.

Pria itu bernama M Soleh (58), petugas operator pengendali banjir di Pusat Pengelola Kompleks Kemayoran. Selama 25 tahun, Soleh telah menjaga agar warga Kemayoran terbebas dari banjir.

Meski tubuhnya tak lagi sempurna, tak pernah menyurutkan pria tiga anak ini untuk terus bekerja.

Soleh menceritakan, selama berpuluh-puluh tahun menjadi petugas operator pengendali banjir, banyak hal yang telah dihadapinya, termasuk kehilangan bagian tubuhnya saat bertugas.

Pada tahun 2000-an, Soleh ditugaskan untuk menangani banjir di salah satu waduk yang berada di Kemayoran. Saat itu hujan lebat, sejumlah peralataan listrik di kawasan itu digenangi air.

Soleh tidak sengaja memegang sebuah gardu listrik bertegangan 20.000 volt. Hal itu mengakibatkan dirinya tersetrum hingga tak sadarkan diri.

Beberapa pekan setelahnya, Soleh tersadar. Namun, ada kejanggalan yang dia rasakan. Kedua tangannya tak lagi bisa dirasakan.

Ternyata, karena kejadian itu, tangan kanan Soleh harus diamputasi, sedangkan tangan kirinya sulit untuk kembali normal. Bahkan, jari-jarinya tak lagi bisa menggenggam.

"Awalnya saya sudah ngerasin ada nyetrum-nyetrum, tapi dibiarin saja lah. Eh, enggak sengaja megang gardu listrik. Ya saya rasanya kayak terkejut gitu langsung enggak sadar. Ya ini hasilnya, tangan kanan enggak ada lagi, yang kiri juga enggak bisa lagi genggam," ujar Soleh.

Mengabdi

Soleh mengatakan, kondisi fisik yang tak lagi sempurna tak pernah menyurutkannya untuk terus bekerja. Laki-laki tiga anak ini mengaku jatuh cinta terhadap pekerjaan itu.

Meski pekerjaan itu hampir merenggut nyawa Soleh, keluarganya tak pernah melarang dan tetap mendukung pilihannya itu.

Soleh juga masih bersyukur karena instansi tempat dia bekerja masih mau mempekerjakannya hingga saat ini.

Soleh menceritakan, meski semangatnya tak pernah padam untuk bekerja, keterbatasan fisik nyatanya cukup menganggu pekerjaannya.

Kehilangan satu tangan dan tangannya lainnya tak berfungsi dengan normal membuat Soleh kerepotan jika harus memperbaiki pompa atau berusaha meraih sesuatu dengan tangannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Soleh mulai bisa membiasakan diri.

Selama menjaga terowongan Apron, banyak hal yang telah dilalui, misalnya banjir pada 2017 yang membuat terowongan itu tergenang.

Saat itu, hujan turun begitu hingga air jalanan di sekitar terowongan yang berkontur menurun mengalir deras.

Soleh sempat terseret dan berusaha menggenggam apa pun benda yang bisa menyelamatkannya. Untungnya, Soleh selamat.

Terus mengawasi

Seperti pekerja lainnya, Soleh bekerja dari Senin hingga Jumat. Namun, tampaknya jadwal tersebut hanya formalitas.

Kenyataannya, Soleh harus terus memeriksa kondisi pompa di sekitar terowongan Apron atau beberapa tempat lain di sekitar Kemayoran yang menjadi tanggung jawabnya.

Bahkan, jika banjir, Soleh tidak pulang dan terus berada di lokasi untuk memastikan air surut dan wilayah tersebut bisa dilintasi.

"Ya kalau malam banjir ya saya datang. Siapa lagi yang mau ngeliat. Ada teman, tapi enggak tahu deh tu kemana. Ini ngilang lagi nih," ujar Soleh.

Ia telah menjadi karyawan tetap PPK Kemayoran. Dari hasil bekerja, dia menghidupi keluarga dan menyekolahkan tiga anaknya hingga lulus SMA.

Namun, akhir tahun ini, Soleh akan pensiun. Dia berharap ada orang lain yang juga cekatan mengurus terowongan Apron dan lokasi lainnya untuk tetap menjaga warga agar terbebas dari banjir.

"Sebentar lagi pensiun saya. Mudah-mudahan ada pengganti yang baik," ujar Soleh.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/15/22240621/kisah-soleh-25-tahun-menjaga-warga-kemayoran-agar-bebas-banjir

Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke