Salin Artikel

DKI Akan Bangun Pengolahan Sampah Mandiri, Bagaimana Nasib Bantargebang?

Pembangunan ITF Sunter ditargetkan selesai paling cepat dalam waktu dua tahun.

"Saya senang nih dengan Desember nanti groundbreaking, sudah memberikan kepastian bahwa ITF akan segera dimulai di Jakarta," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji, Senin (22/10/2018).

ITF Sunter didesain untuk mengolah 2.200 ton sampah per hari. Sampah itu akan dikonversi menjadi 35 megawatt listrik.

Selain ITF Sunter, Pemprov DKI Jakarta memiliki wacana untuk membangun beberapa ITF lainnya sebagai tempat pengolahan sampah mandiri.

Isnawa berkaca pada kota-kota lain di dunia. Singapura misalnya. Salah satu negara tetangga Indonesia itu sudah memiliki 5 ITF.

Isnawa juga menyebut Tokyo di Jepang sudah memiliki 23 ITF, dengan volume sampah yang diolah setiap ITF berkisar antara 200-500 ton per hari.

Menurut Isnawa, Jakarta tidak bisa hanya memiliki 1 ITF. Apalagi, volume sampah dalam beberapa tahun ke depan diprediksi akan lebih banyak.

Saat ini, volume sampah yang dihasilkan Jakarta 7.000-an ton per hari. Seluruhnya dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.

Meskipun demikian, Isnawa tidak bisa memastikan kapan pembangunan ITF lainnya direalisasikan. Banyak hal yang harus dikaji sebelum pembangunan direalisasikan, mulai dari kajian soal senyawa dioksin/furan, fly ash bottom ash (abu terbang dan abu tidak terbang) yang merupakan sisa pengolahan sampah, hingga memastikan status lahan tidak bermasalah.

"Di luar (ITF) Sunter, kami akan membangun. Pilihannya 3 atau 4, kami belum tahu, masih ada kajian itu, tetapi harus punya, enggak mungkin cuma punya 1," kata Isnawa.

3-4 Lagi Tak Bergantung pada Bantargebang

Jakarta diharapkan punya beberapa ITF dalam waktu 3-4 tahun ke depan. Dengan adanya tempat pengolahan sampah mandiri di dalam kota, Jakarta diharapkan tidak lagi bergantung ke TPST Bantargebang.

"Ini harapan kita. Jadi dalam 3-4 tahun, Jakarta akan mandiri. Artinya, enggak bergantung lagi dengan (TPST) Bantargebang," kata Isnawa.

Ia menyampaikan, Jakarta tidak bisa selamanya bergantung pada TPST Bantargebang. Apalagi, berdasarkan hasil studi Dinas Lingkungan Hidup DKI, masa hidup (lifetime) TPST Bantargebang paling hanya sampai 2021 atau 2022.

Soalnya, kandungan sampah di TPST Bantargebang mendekati 39 juta ton dengan ketinggian hampir 30 meter.

Kondisi itu dikhawatirkan mengakibatkan TPST Bantargebang longsor kala musim hujan dan kebakaran kala kemarau.

"Jadi, betul-betul memang enggak ada pilihan, Jakarta harus punya pengolahan sampah yang mandiri dalam kota," ucap Isnawa.

Setelah memiliki beberapa ITF mandiri, Pemprov DKI Jakarta akan mengurangi ketergantungan terhadap TPST Bantargebang. TPST Bantargebang rencananya hanya akan dijadikan tempat pembuangan sampah residu.

"Harapan kami dengan adanya ITF, peran Bantargebang sudah harus kami kurangi. Nanti kalau sudah ada ITF di dalam kota, mungkin Bantargebang hanya untuk residu-residu karena memang di setiap ITF ada 10 persen residu," kata Isnawa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/23/10185581/dki-akan-bangun-pengolahan-sampah-mandiri-bagaimana-nasib-bantargebang

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke