Salin Artikel

Tak Hanya DKI, Serapan Anggaran Depok Jelang Akhir Tahun Masih Rendah

Wali Kota Depok Mohammad Idris menyebutkan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) adalah dinas yang serapan anggarannya paling rendah.

Menurut data keuangan daerah, hingga saat ini serapan anggaran di dinas tersebut baru 27 persen atau sebesar Rp 133,8 miliar dari total alokasi anggaran Rp 467 miliar.

Idris mengatakan, alasan Dinas PUPR terendah menyerap anggarannya karena jangka waktu menunggu hasil lelang untuk program pengerjaannya.

"Bahkan, kadang pahitnya lelang dinyatakan gagal karena program tersebut," ujar Idris di Balai Kota Depok, Selasa (4/12/2018).

Oleh karena itu, Idris akan menempuh beberapa cara untuk menggenjot serapan anggaran pada tahun 2019.

"Pertama, kami akan menunggu Gubernur, paling tidak dalam kesibukan Gubernur kami minta nomor perda terlebih dahulu saja yang diberikan, sehingga kami boleh melakukan pengumuman lelang bagi kegiatan para dinas," ujar Idris.

Kemudian, pihaknya juga akan melakukan restrukturisasi agar evaluasi pada tahun 2018 ini dapat diperbaiki tahun depan,

"Tentunya untuk menyamakan semangat kami, dengan restrukturisasi dalam beberapa bidang ataupun dinas, sehingga dengan adanya tenaga yang baru jadi kegiatan yang sudah dievaluasi akan kami lakukan peningkatan di tahun-tahun ke depannya, " ujar Idris.

Sementara itu, Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok Nina Suzana mengatakan, dari seluruh perangkat yang ada di Pemerintah Kota Depok, kecamatan adalah yang melakukan penyerapan anggaran paling tinggi.

"Total (penyerapan) di seluruh kecamatan mencapai 75 persen hingga November 2018. Ini penyerapan tertinggi," katanya.

Penyerapan anggaran di kecamatan, kata dia, digunakan untuk belanja rutin. Misal, gaji pegawai honorer, pembelian alat tulis kantor (ATK), rapat, dan lainnya. Alokasi dana tersebut selalu terserap maksimal di tiap kecamatan.

"Nilainya semua mencapai Rp 105 miliar seluruh kecamatan," paparnya.

Dia merinci, kecamatan yang serapan anggarannya tertinggi adalah Kecamatan Pancoran Mas yang mencapai 85 persen atau Rp 12 miliar, disusul Kecamatan Beji sebesar 84 persen atau Rp 11 miliar, kemudian Kecamatan Sukmajaya 76 persen atau Rp 11,2 miliar.

"Lalu dilanjutkan Kecamatan Bojongsari sebanyak 78 persen atau Rp 10 miliar dan Kecamatan Cilodong sebesar 75,3 persen atau Rp 9 miliar," tukasnya.

Kemudian, dinas yang menyerap anggaran cukup signifikan lainnya yaitu Dinas Perumahan dan Pemukiman yang menyerap 46,8 persen atau Rp 117 miliar dari total Rp 250,3 miliar.

Selanjutnya, Dinas Kesehatan menyerap sebesar 47 persen atau Rp 134,9 miliar dari total Rp 286 miliar.

"Ada juga yang di atas 50 persen, misalnya Dinas Pendidikan yang sudah 66,7 persen atau Rp 517 miliar dari total Rp 775 miliar. Disdik banyak menyerap untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)," tandasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/04/17260641/tak-hanya-dki-serapan-anggaran-depok-jelang-akhir-tahun-masih-rendah

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke