Ia menyebut, warga hanya keberatan bila pusat kuliner tersebut dijadikan tempat kuliner yang mewah, bukan tempat kuliner untuk pedagang menengah ke bawah.
"Kami bukan menolak, kami menolak pusat kuliner yang mewah, kami mendukung yang UMKM," kata Hartono ketika dihubungi Kompas.com, Senin (17/12/2018).
Hartono merasa khawatir keberadaan pusat kuliner tersebut akan menimbulkan kecemburuan sosial. Pasalnya, area tersebut dulunya diisi pedagang dan pemulung yang kemudian digusur.
"Alasannya itu adalah jalur hijau. Sekarang kalau dibangun, dijual puluhan juta per meter kami tkhawatir berimbas ke efek sosial," ujar Hartono.
Ia menambahkan, restoran-restoran yang menyasar pasar menengah ke atas sudah ada cukup banyak. Sementara, kuliner yang bersifat menengah ke bawah belum ada.
Di samping itu, Hartono juga khawatir keberadaan pusat kuliner dapat menambah kemacetan serta mengganggu rumah pompa milik warga yang berada di tengah area proyek.
"Rumah pompa itu tiga RW swadaya warga, nanti apakah dipikirin saluran air kotornya segala macam. Kami belum pernah dilibatkan, pernah diundang ke kecamatan hanya pemberitahuan tapi tidak diajak rembukan," ujar dia lagi.
DPRD DKI Jakarta sebelumnya meminta PT Jakarta Utilitas Propertindo menghentikan pembangunan proyek pusat kuliner di Pluit atas aduan warga. Kini, proyek tersebut tengah dihentikan sementara hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/17/18405011/warga-tidak-tolak-pusat-kuliner-pluit-asal-diisi-pengusaha-umkm