"Saya masih mau dekat dengan Istiqlal," kata Mbah Parno di rumahnya, Sabtu (5/1/2019).
Sejak pertama menginjak Jakarta sekitar 1952, Mbah Parno tinggal di Gang Mangga, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Selama puluhan tahun, Mbah Parno beserta anak dan cucunya menempati bangunan berukuran sekitar 2x5 meter tanpa kamar di gang itu.
"Tanah ini dulunya nyewa Rp 150 ribu setahun, lama-lama sama yang punya tanah dibilang enggak usah bayar," ujar Parno.
Rumah itu, kata Mbah Parno didirikannya sendiri di tanah milik orang. Pemiliknya memang meminta Mbah Parno membangun bedeng di situ untuk menjaga agar lahannya tak lagi jadi tempat pembuangan sampah.
Dari rumah mungil itu lah sehari-hari Mbah Parno berangkat untuk bekerja di Istiqlal dengan berjalan kaki.
Adapun rumah baru Mbah Parno yang diberikan Kemenag berada di perumahan Panorama Kemang, Tegal Parung, Bogor, Jawa Barat.
Rumah bersubsidi itu luasnya 7x10 meter persegi. Kawasan tersebut tentu jauh dari Masjid Istiqlal. Mbah Parno berencana meminta salah satu anaknya tinggal di sana.
"Biar buat anak saja, saya di sini," kata Mbah Parno.
Walaupun kini hanya dibolehkan datang seminggu sekali ke Istiqlal untuk shalat dan merapikan shaf, Mbah Parno masih ingin melakukannya.
Selain itu, ia juga perlu mengurus mushala di Gang Mangga. Saban hari, musala itu sepi tanpa pengunjung.
"Orang udah jarang shalat sekarang. Jadi yang bersihin, yang azanin kalau subuh ya saya, enggak ada yang lain," ujar dia.
Rumah di Bogor itu rencananya akan serah terima kunci pada 26 Januari 2019.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/07/12050941/ingin-selalu-dekat-istiqlal-mbah-parno-tak-mau-tempati-rumah-dari-kemenag