Zainal mengatakan, jika dikalkulasi, satu truk dapat menampung tujuh ton sampah. Artinya, sebanyak sekitar 700 ton sampah sudah terangkut selama tiga hari pengangkutan sampah.
"Dari Sabtu kemarin mungkin sekitar 100 truk ada sudah mengangkut sampah. Sampah ini kan ada setelah normalisasi Desember lalu. Jadi saat normalisasi, lumpur dikeruk baru ada sampah kiriman ini," kata Zainal kepada Kompas.com, Senin (7/1/2019).
Zainal pun mengklaim sampah di Kali Pisang Batu bukan hanya berasal dari warganya yang tinggal di bantaran kali. Melainkan juga dari sampah kiriman di aliran Kali Bekasi di Kota Bekasi.
"Jadi memang kalau melihat dari kasat mata (sampah) ini tentu bukan hanya dari masyarakat kabupaten saja. Karena hulunya ada di Kota Bekasi dan hilirnya ada di Kabupaten Bekasi. Sampah sebanyak ini enggak mungkin dari warga kita doang," ujar Zainal.
Dia menjelaskan, dengan dua alat berat yang mengangkut sampah dirasa kurang untuk mempercepat pengangkutan sampah. Dia berharap Pemkab Bekasi bisa mengerahkan alat berat amphibi yang bisa mengangkut sampah dari badan kali.
"Ini kalau kita lihat dari tumpukan sampah begini, enggak cukup seminggu atau dua minggu yah, kemungkinan sebulan bisa, alatnya kurang juga, ini juga enggak maksimal, kita maunya yang amphibi yang bisa jalan di air jadi bisa maksimal pengangkutannya," tutur Zainal.
Diketahui, lautan sampah nampak di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi hingga sepanjang 1,5 kilometer aliran kali.
Pantauan Kompas.com, sampah masih terlihat di sepanjang permukaan kali walaupun sudah diangkut sejak Sabtu kemarin.
Sampah rumah tangga, seperti plastik, botol, bahkan kasur pun tertata rapih seperti "dataran baru" di permukaan kali. Air kali juga nampak hitam pekat serta mengeluarkan bau tak sedap.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/08/10012281/3-hari-sudah-700-ton-sampah-diangkut-dari-kali-pisang-batu-bekasi