Ia meminta warga mewaspadai demam sebagai gejala demam berdarah dengue (DBD).
"Imbauan waspada kalau demam mendadak segera mencari pertongan pertama," kata Widyastuti di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Bentuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan, antara lain minum air putih sebanyak mungkin. Selain itu, masyarakat juga bisa minum obat penurun panas sesuai anjuran yang dibolehkan.
"Kalau tidak sembuh segera berobat," kata dia.
Widyastuti mengatakan, pihaknya telah berpesan kepada paramedis di puskesmas dan rumah sakit agar tak menyepelekan pasien yang datang dengan demam tinggi.
Ia meminta pasien demam diberi penanganan untuk demam berdarah.
"Karena DBD infeksi akut, harus (dianggap DBD) sampai terbukti tidak," ujar dia.
Selain demam tinggi, gejala DBD juga meliputi nyeri otot dan sendi, terdapat bintik merah/ruam di kulit, mual, serta nyeri dan ulu hati.
Pada kasus yang parah, dapat terjadi pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa.
Widyastuti mengingatkan belum ada obat dari virus DBD, sehingga masyarakat harus benar-benar melakukan pecegahan.
"Untuk terjadi satu virulensi, juga tergantung host-nya, bagaimana daya tahan tubuh manusia yang digigit," ujar Wdisyastuti.
Ia juga menyampaikan, dahulu DBD paling banyak menjangkit anak usia sekolah 7-12 tahun, kini DBD paling banyak menjangkiti anak usia 14-15 tahun.
"Nyamuknya itu menggigit di jam 10.00-an, kemudian istirahat, sore gigit lagi," kata Widyastuti.
Pada Januari 2019, kasus DBD paling menonjol terjadi di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Hingga 27 Januari 2019 malam, sudah ada 613 kasus. Sedangkan pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/28/21033661/waspada-demam-mendadak-salah-satu-gejala-dbd