"Kabur ninggal utang saja ada," kata Warti (46), salah satu pemilik warung lubang yang menjual gorengan kepada Kompas.com, Jumat (8/2/2019).
Menurut Warti, pelanggan yang kabur biasanya adalah pekerja proyek sekitar.
Mereka biasanya datang serombongan membeli gorengan dan kopi serta mengaku belum diberi makan oleh mandornya.
"Catatan utangnya masih ada nih. Saya enggak menerima orang ngutang sebenarnya, tapi karena pegawai proyek ya, datang minta gorengan sama kopi alasan mandornya enggak kasih makan, datang serombongan, uangnya kurang, masa ya saya tega enggak kasih makan?" kata Warti.
Ketika ditanya apakah utang dari pelanggan tersebut akan dilunasi, Warti mengatakan tidak berharap banyak. Sebab, proyek yang dikerjakan sudah berakhir dan para pekerja sudah pindah.
Rini (40), salah satu pemilik warung nasi di sana juga menceritakan hal yang sama.
Terkadang, pelanggan tiba-tiba pergi sebab dihubungi oleh bos atau kantor tempat ia bekerja.
"Di sini yang beli kan mayoritas sopir. Kadang lagi makan, tiba-tiba ditelepon bos atau kantornya, suruh segera pergi, nah kebiasaan mereka lupa bayar," ujar Rini.
Hal ini oleh Warti maupun Rini dipandang wajar sebagai dinamika dalam menjalankan usaha. Keduanya yakin bahwa rezeki akan datang lagi dari pelanggan lain.
"Ya diikhlasin saja, belum rezekinya. Toh masih lebih banyak yang bayar ketimbang yang enggak (bayar). Disyukuri saja, rezeki enggak ke mana," terang Warti.
Warung nasi lubang di parkiran mobil Grand Lucky, SCBD viral beberapa hari lalu karena konsepnya yang unik, yakni melayani pelanggan melalui lubang dengan ukuran rata-rata 30x30 sentimeter.
Pelanggan biasanya adalah sopir dan karyawan perkantoran di kawasan SCBD yang mencari makanan dan minuman dengan harga ekonomis.
Rata-rata tiap porsi makan dengan menu nasi telur dibanderol dengan harga Rp 10.000, nasi ayam Rp 15.000, dan kopi hitam Rp 2.500.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/08/15563961/cerita-pemilik-warung-nasi-lewat-lubang-yang-tak-dibayar-pelanggan