Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, program tersebut adalah jalan tengah kesulitan membangun rumah tahan gempa karena kendala ekonomi.
"Di tengah kondisi seperti ini, kita harus memilih sebuah strategi dalam upaya pengurangan risiko itu tadi. Maka yang saya sampaikan adalah sangat perlu mengampanyekan satu keluarga satu ruang aman," kata Eko dalam diskusi 'Amankah Jakarta dari Tsunami?' di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (28/2/2019).
Menurut Eko, adanya ruang aman di rumah warga dapat meminimalisasi jumlah korban jiwa akibat suatu bencana.
Meskipun, lanjut dia, kerugian materiil tidak dapat dihindarkan.
Eko menjelaskan, ruang aman tersebut tidak harus berbentuk ruangan khusus seperti bungker.
Namun, bisa juga memanfaatkan ruang maupun perabotan di rumah seperti kolong meja, kasur, dan kamar mandi.
"Sesederhana menguatkan meja makan dengan menambahkan siku penguat di kaki-kakinya itu tadi, sehingga kalau gempa terjadi kita bisa masuk ke bawahnya dan terlindung dari benda-benda yang jatuh," ujarnya.
Eko melanjutkan, keberadaan ruang aman bertambah krusial, mengingat kualitas sebagian besar rumah warga di Indonesia belum kuat menghadapi gempa bumi.
Ia pun mencontohkan kerusakan besar di Bantul, Yogyakarta pada 2005 silam akibat gempa bumi bermagnitudo 5,9.
Hal itu membuktikan masih banyak bangunan di Indonesia yang belum siap menghadapi gempa.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/28/19401981/tingkatkan-kesadaran-warga-hadapi-gempa-lipi-usulkan-satu-keluarga-satu