Salah satunya dengan memasang CCTV di stasiun maupun dalam gerbong kereta.
"Kita tetap melakukan pencegahan ya, dengan memasang CCTV itu pasti. Kami siapkan petugas," kata Eva saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/3/2019).
Meski demikian, lanjut dia, petugas dan CCTV tidak efektif mencegah terjadinya pelecehan seksual, terutama ketika ramai penumpang.
"Kejadian itu, kan, selalu terjadi saat kereta sesak dan kita enggak bisa mengontrol siapa yang melakukan. Mau ditaruh petugas sebanyak apa pun itu tidak mungkin," ucap Eva.
"Di kereta itu baru beberapa rangkaian saja (terpasang CCTV), tetapi juga biasa pelecehan seksual itu, kan, pada saat (penumpang) penuh dan itu susah untuk melihatnya," ujarnya.
Ia mengimbau penumpang mencegah pelecehan dengan meningkatkan keamanan diri dibandingkan mengandalkan CCTV dan petugas.
"Yang paling efektif itu sebenarnya pencegahan itu ya awareness penumpang juga, misalnya enggak tidur selama perjalanan apalagi berpergian sendirian. Terus enggak main ponsel karena menurunkan kewaspadaan," kata Eva.
Jika terlanjur terjadi pelecehan seksual, maka orang terdekat atau penumpang lainnya seharusnya langsung membantu korban.
"Jadi jangan hanya direkam terus diviralkan, tetapi bantu korban entah menegur pelaku dan harus melaporkan," ujarnya.
Berdasarkan catatan PT KCI, pelecehan seksual yang terjadi di dalam KRL pada tahun 2018 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2017, yakni 34 kasus dari 25 kasus.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/13/17524991/jangan-hanya-direkam-dan-diviralkan-bantu-korban-laporkan-pelaku