JAKARTA, KOMPAS.com—Rabu (17/4/2019), menjadi hari tak biasa di Rutan Klas I Cipinang, Jakarta Timur. Tidak biasanya banyak tenda dengan kain hitam berdiri tegak berjejeran di taman rutan.
Terlihat tujuh tenda berjejer dengan rapih mengelilingi lapangan utama rutan. Awak media juga banyak masuk ke dalam rutan untuk mengambil gambar.
Itu semua terjadi karena ada tempat pemungutan suara (TPS) di dalam rutan, untuk pemilihan presiden (pilpres) yang digelar serentak dengan pemilihan legislatif (pileg) dalam Pemilu 2019.
Para penghuni rutan terlihat siaga mengantre di depan tenda TPS itu. Mereka duduk di bangku tunggu yang disediakan.
Salah satu narapidana, berinisial D (24 tahun), adalah salah satu dari mereka yang mengantre di depan TPS 168. Kompas.com coba mengajak berbincang dengannya soal pemilu ini.
Saat ditanya siapa yang akan dipilih, D yang mengenakan baju berwarna biru itu spontan menjawab tidak tahu, terutama untuk pileg.
"Nggak tahu mau milih siapa. Enggak ada yang kenal," ujar D, Rabu siang.
D malah mengaku sebenarnya tak terlalu tertarik mencoblos. Dia mengaku hanya kandidat untuk pilpres yang relatif familiar di matanya. Adapun untuk caleg, ujar dia, tak ada satu pun yang dia merasa kenal.
"(Tapi) ya mau enggak mau, ikut ikut saja dah," kata dia.
Karena benar-benar tak ada gambaran dan bayangan apalagi kenal dengan caleg, D mengaku hanya akan memilih berdasarkan penampilan, untuk pileg.
"Nanti nih diterawang dulu kalau sudah di dalam, cari yang mukanya ganteng saja," kata dia sambil sedikit tertawa.
Lain hal dengan A (40). Pria kurus yang mengenakan kopiah saat mengantre ini enggan menjawab saat disapa, bahkan sebelum ditanya soal pilihan. Dia mengantre di depan TPS 171 ketika Kompas.com menyambanginya.
Beberapa saat kemudian, meski dengan nada tak ramah, barulah sepatah dua patah jawaban muncul juga dari A. Dia mengaku sudah memiliki pilihan sendiri untuk calon presiden.
"Rahasia dong," tepis dia ketika coba dikulik.
Soal caleg, A sempat terdiam sebelum menjawab.
"Ya yang amanah saja yang dipilih," ujar dia pendek, sejurus kemudian, lalu menolak melanjutkan perbincangan.
Satu lagi penghuni rutan yang ditemui Kompas.com, lelaki berinisial R (25).
Pria ini ditemui Kompas.com sesaat seusai menggunakan hak pilih di TPS 169. Dia mengaku senang bisa diberi kesempatan mencoblos walaupun berstatus warga binaan.
Dia juga mengaku tidak tahu para caleg dalam lembaran surat suara. Nama para caleg baru dia tahu di lokasi TPS, lewat papan informasi di dekat TPS.
Meski begitu, dia mengaku menaruh harapan kepada caleg yang akhirnya dia coblos di bilik suara atau siapa pun nanti caleg terpilih.
"Ya supaya yang dipilih kerjanya bisa lebih lagi dari yang sebelumnya. Supaya bisa lebih bersih lagi," ucapnya.
Di akhir perbincangan dengan R, terlihat Ketua KPU Arief Budiman yang sedang memantau jalanya pencoblosan di rutan. Awak media pun berkerumunan mengelilingi Arief dan memberondongnya dengan beberapa pertanyaan.
Dengan nada pelan dan polos, R sempat bertanya kepada Kompas.com. "Itu siapa, bang ? Ramai banget (penyambutnya)?," tanya R.
Kompas.com pun menyebutkan nama dan jabatan Arief, yang direspons R, "Ooh.. maklum saya enggak tahu."
Di saat yang sama, Kepala Rutan Klas I Cipinang Oga Darmawan menjelaskan, sebanyak 1.110 penghuni rutan masuk ke dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Jumlah tersebut tercakup dalam total 4.300 pemilih berstatus penghuni rutan.
Oga mengatakan, pelayanan untuk pelaksanaan pemilu di rutan ini diupayakan seoptimal mungkin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/17/15515191/wajah-ganteng-masih-jadi-kriteria-pilihan-di-rutan-cipinang