"Tertangkap basah, supir dan aparat yg kawal langsung kabur, kejadian di Condet semalam. Lgsg kami amankan barbuk, Panik berusaha mau rubah C1. Kalau mmg hasil QC sdh menang knp masih berusaha CURANG dimana mana?," bunyi keterangan yang menyertai video itu.
Penelusuran Kompas.com, video itu benar diambil di kawasan Condet, Jakarta Timur, Senin (22/4/2019) dini hari. Video itu diambil di depan sebuah pabrik percetakan tempat mobil boks terparkir.
Ketua KPU Jakarta Timur Wage Wardhana membantah bila mobil tersebut merupakan mobil milik KPU. Wage mengatakan, mobil itu milik pabrik percetakan bernama Digital Print, tempat mobil terparkir.
"Ternyata faktanya itu mobil pengangkut logistik dari Digital Print. Dan memang faktanya digital print ini banyak menerima order dari KPU berbagai daerah," kata Wage saat dikonfirmasi Kompas.com.
Wage menuturkan, stiker yang tertempel di badan mobil sengaja dipasang untuk kepentingan keamanan ketika mobil itu mengirim alat peraga kampanye pesanan ke sejumlah daerah di luar Jakarta seperti Lampung, Konawe, dan lain-lain.
Wage pun memastikan, mobil itu sama sekali tidak mengangkut berkas-berkas seperti surat suara ataupun formulir C1 karena mobil itu hanya mengangkut alat peraga kampanye.
"Bisa dipastikan di sana tidak ada surat suara, tidak ada berita acara dan lain-lain terkait sarana untuk mengubah suara itu tidak ada, itu murni APK," ujar Wage.
Pantauan Kompas.com di lokasi, mobil boks itu masih terparkir di depan pabrik percetakan Digital Print. Namun, tiga buah stiker yang tadinya ditempel di badan mobil sudah dilepas.
Pekerja percetakan kesal
Pekerja percetakan itu pun ikut dibuat kesal atas beredarnya video hoaks tersebut. Arif, salah seorang karyawan, merasa geram dengan tuduhan yang diberikan ke tempatnya bekerja.
Arif membantah bila tempat bekerjanya mempunyai alat yang bisa mengubah formulir C1 sebagaimana yang dinarasikan dalam video viral.
Ia mengatakan, Digital Print merupakan pabrik penyedia spanduk yang bahan pembuatannya berbeda dengan bahan pembuatan formulir C1.
"Di sini cuma alat peraga kampanye, jadi kita enggak ada hubungannya dengan kecurangan surat suara, apaan? Media mesin kita itu spanduk yang bahannya beda," ujar Arif sambil terheran-heran.
Didatangi puluhan warga
Sementara itu, karyawan lain yang bernama Fikri (22 tahun), karyawan pabrik percetakan itu, menuturkan bahwa tempat bekerjanya tiba-tiba disatroni oleh banyak orang saat kejadian.
"Ada orang ke sini ramai-ramai ngakunya orang Condet sini dikiranya kita membawa surat suara," kata Fikri.
Fikri menceritakan, warga yang berjumlah sekira 20 orang itu pun meminta masuk ke dalam ruangan pabrik. Di sana, mereka mempertanyakan banyaknya spanduk bergambar Jokowi dan tidak adanya spanduk bergambar Prabowo.
"Ini kok banyaknya Jokowi, Prabowonya mana? Harusnya kan KPU netral. Mereka itu menganggapnya kita itu sepihak, padahal itu kan karena orderannya aja," ujar Fikri.
Fikri melanjutkan, para warga mengancam bertahan di Digital Print sampai Bawaslu mendatangi tempat itu. Namun, warga akhirnya membubarkan diri pada pukul 04.00 WIB dini hari meski Bawaslu belum tiba.
Atas kejadian tersebut, KPU Jakarta Timur merasa dirugikan. Wage mengaku kejadian itu juga sempat mengganggu kinerja KPU Jakarta Timur.
"Yang jelas ini sempat mengganggu kondusivitas KPU Jakarta Timur lah, ini kita diserang-serang lagi tapi bisa dipastikan di sana tidak ada surat suara," ujar Wage.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/23/08145771/cerita-di-balik-hoaks-video-mobil-boks-berstiker-kpu-dituding-akan-ubah