ITF Sunter ini disebut-sebut Anies berfungsi untuk mengurangi beban sampah yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan juga penghasil tenaga listrik. Proyek ini pun disebut-sebut sebagai salah satu tempat pengolahan sampah terbesar di dunia karena mampu mengolah 2.200 ton sampah.
Namun bagaimana bentuk pengelolaan sampah yang dilakukan di proyek senilai 250 juta Dollar Amerika ini?
1. Teknologi dari Denmark
Direktur Utama Project Strategic Bisnis Unit ITF Sunter Aditya Bakti Laksana mengatakan pembangunan ITF Sunter berbasis pada konsep waste to energy dengan mengakuisisi teknologi Babcock & Wilcock Volund dari Denmark.
Ia menyebutkan teknologi ini sudah digunakan selama hampir 100 tahun di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika dan beberapa negara di Asia.
"Nah teknologi yang di Sunter ini sudah generasi ke-3 yang terbaru termutakhir, yang mana teknologi ini dipasang juga dan sudah beroperasi di Denmark akhir 2017 lalu. Jadi Sudah teknologi terkini," kata Adit saat ditemui Kompas.com Rabu (3/7/2019).
2. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari teknologi ini yaitu dengan memanaskan sampah-sampah tersebut ke sebuah ruangan tertutup bernama insinerator dengan suhu mencapai 1000 derajat Celcius.
Pembakaran itu nantinya akan menghilangkan sebanyak 80 hingga 90 persen dari bobot sampah awal yang dimasukkan kedalam alat tersebut.
"Kemudian sisa dari pembakaran itu jatuh ke bawah berupa namanya slek atau bottom ash (abu tidak terbang). Nah itu adalah sisanya residu yang memang sudah dikategorikan ramah lingkungan," terangnya.
Teknologi ini dianggap Adit paling cocok untuk mengolah sampah DKI yang lembab dan rendah kalori.
3. Bisa Hasilkan Listrik
Di atas insinerator, dipasangi lagi sebuah alat lain bernama boiler atau ketel uap yang berisi air. Dengan pemanasan yang mencapai 1000 derajat Celcius pada insenartor air yang ada pada boiler akan menjadi uap bertekanan tinggi.
Uap tersebut kemudian disalurkan melalui alat lain bernama steam turbin. Nantinya uap itu akan memutar generator dan menghasilkan energi listrik.
"Listrik yang dihasilkan minimum adalah 35 megawatt per jam atau setahunnya kira-kira 280.000 megawatt," ujar Adit.
4. Emisi gas tak berbahaya
Sejatinya udara panas hasil pemanasan tadi membawa partikel-partikel berbahaya terhadap lingkungan jika dilepaskan begitu saja ke udara.
Namun pada ITF Sunter dipasangi lago sebuah teknologi bernama Flue Gas Treatment (FGT). Alat ini berfungsi untuk memfilter komponen-komponen berbahaya dan menekan gas buang dari hasil pembakaran sampah.
Dengan adanya FGT ini, disebutkan Adit, emisi yang dikeluarkan ITF sunter memenuhi standar Eropa sehingga dampak terhadap lingkungannya kecil.
"Jadi kita mendekati standar Euro 5 jadi bisa dibayangkan tingkat kebersihannya bahkan lebih bersih daripada orang bakar sate," ucap dia.
Dengan lahan seluas tiga hektar, fasilitas ini nantinya dapat mengelola 2.200 ton sampah atau sekitar 30 persen dari total 7.452 ribu Ton Sampah DKI perharinya.
5. Bekerja Non-stop
Adit juga menyampaikan teknologi di ITF Sunter akan bekerja selama 24 jam tanpa henti dan memiliki dua lajur pengolahan sampah.
"ITF akan dipakai 24 jam nonstop selama setahun. Hanya ada waktu berhenti pada saat perawatan aja dan itu terdiri dari dua (lajur pengolahan) nggak pernah berhenti jadi kalau satu mati satu lagi tetap jalan," ucapnya.
Adapun pembangunan ITF Sunter rencananya akan dimulai pada akhir bulan ini yang dimulai dengan uji analisa daya dukung tanah dan diperkirakan selesai pada tahun 2022 mendatang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/04/10540471/5-kecanggihan-itf-sunter-tempat-pengolahan-sampah-yang-akan-dimiliki