Salin Artikel

Berkenalan dengan Yeni, Polwan Penerjun Payung pada Puncak HUT ke-73 Bhayangkara

Salah satu penerjun tersebut adalah Brigadir Yeni Hermilah. Dia adalah anggota pasukan gegana Korbrimob Polri. Usianya baru 32 tahun, tetapi pengalamannya sebagai penerjun payung tak perlu diragukan lagi. 

Ia bergabung sebagai kelompok penerjun payung Polri sejak tahun 2007 dan pernah mengikuti latihan terjun payung di Amerika Serikat serta Malaysia. 

Kepada Kompas.com, wanita yang akrab Yeni itu menceritakan pengalamannya selama bergabung sebagai anggota penerjun payung Polri. 

Yeni bercerita awalnya dia memilih menjadi anggota penerjun payung karena tuntutan tugas dari pimpinan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menikmati profesinya sebagai anggota polisi dan penerjun payung. 

"Awalnya sih takut (untuk menjadi penerjun payung) karena itu tuntutan tugas, perintah dari pimpinan. Tapi seterusnya malah menikmati dan senang menjalaninya. Sekarang sudah seperti hobi saja," ujar Yeni.

Saat awal bergabung sebagai tim penerjun payung, Yeni mengaku tak bisa menyembunyikan rasa takutnya setiap kali melompat dari ketinggian. Ia pun pernah melompat dari ketinggian 10.000 kaki. 

Untuk mengurangi rasa takutnya, ia memilih berdoa dan mengingat kembali teknik-teknik terjun payung yang pernah dipelajari. 

"Pertama untuk mengurangi rasa takut, pasti berdoa, pasti. Terus saya me-refresh atau mengingat kembali apa yang sudah saya pelajari, apa yang sudah diajarkan senior atau pelatih," kata Yeni. 

"Saat di pesawat atau melompat, sebisa mungkin saya enggak melamun. Jadi, harus terus mengingat apa sih yang sudah dipelajari," lanjutnya. 

Selanjutnya, Yeni menjelaskan, tantangan terbesarnya saat melompat adalah kecepatan angin. Ia tak dapat memprediksi kecepatan angin yang terkadang membuat target pendaratannya menjadi meleset. 

Oleh karena itu, latihan secara rutin adalah kunci utama untuk membiasakan diri dengan kecepatan angin yang tak bisa diprediksi. 

"Kesulitannya menjadi penerjun payung itu angin. Angin ini menentukan posisi pendaratan kita. Jadi, kalau angin kencang, itu sangat mengkhawatirkan karena bisa saja kita enggak bisa mendarat sesuai target. Kalau angin kencang, kita harus bertahan di atas, karena kalau turun bisa gak sesuai target," jelasnya. 

Pengalamannya menjadi seorang penerjun payung telah memberikan kesempatan yang tak terlupakan di antaranya terjun dari ketinggian 7.000 kaki pada puncak peringatan HUT Bhayangkara ke-73 di Lapangan Monas, hari ini. 

Aksinya itu juga disaksikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. 

Yeni mengaku gugup melakukan aksi terjun payung hari ini, tetapi tetap memberikan aksi terbaiknya. 

"Demam panggung itu pasti, kapan pun saya terjun itu masih gugup. Apalagi hari ini disaksikan Presiden. Tapi, saya berdoa saja dan berusaha terjun sesuai target walaupun anginnya cukup kencang. Hal ini menjadi kebanggan tersendiri bagi saya karena bisa disaksikan oleh Presiden," kata Yeni. 

Yeni pun bangga memiliki kesempatan memberikan buket bunga kepada Ibu Negara, Iriana Joko Widodo usai menyelesaikan aksi terjun payungnya. 

"Tadi usai mendarat, saya juga berkesempatan memberikan buket bunga kepada Ibu Negara. Kebanggaan lainnya bagi saya selain bisa terjun payung dengan disaksikan Presiden Joko Widodo," ujar Yeni. 

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/10/13431161/berkenalan-dengan-yeni-polwan-penerjun-payung-pada-puncak-hut-ke-73

Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke