Salin Artikel

Berpenghasilan Rp 30.000 Sehari, Ini Kisah "Wong Cilik" Bertahan Hidup di Jakarta

Namun, untuk meraih apa yang mereka impikan, jalannya tentu tidak mudah. Masih banyak di antaranya yang masih bergulat dengan segala keterbatasan. Namun, asa mereka tak pernah padam. Mereka lebih baik berusaha daripada pasrah pada nasib.

Ibu Rini, seorang pedagang tempe di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, misalnya. Di tengah teriknya matahari, Rini tampak sibuk menjual dagangan tahu, tempe, toge, dan bumbu pecel di lapaknya yang tak jauh dari pintu masuk parkir. 

Setiap pagi, Rini menggunakan ojek dari rumahnya di kawasan Mampang, Kuningan untuk menuju ke Pasar Palmerah. Rini lebih memilih berjualan lebih jauh dari rumahnya, karena pasar di dekat rumanya sudah banyak yang menjajakan barang dagangan serupa. 

Wanita berusia 62 tahun itu kini hidup sendiri, anak dan cucunya tinggal terpisah. Sementara suaminya telah menikah lagi.

Dalam sehari apabila dagangannya habis, dia akan mendapatkan uang sebesar Rp 400.000 termasuk modal. Sementara pendapatan bersihnya hanya Rp 30.000 per hari.

"Ya bagaimana namanya cukup ya enggak cukup. Kadang ada kebutuhan, kadang enggak. Kebanyakan kurang. Sehari paling Rp 50.000. Berangkat naik ojek Rp 20.000. Sudah habis deh," ujar Rini saat  berbincang dengan Kompas.com, Rabu (11/7/2019) siang.

Rini merantau dari Solo ke Jakarta pada tahun 1995. Sejak itu, ia berjualan tak menentu. Terkadang diajak orang, terkadang berjualan sendiri.

Selain Rini, ada Pak Naan yang berusia 64 tahun. Dia berjaulan di belakang Pasar Palmerah. Setiap hari ia berjualan kangkung, daun singkong, daun pisang, dan bayam sambil ditemani salah satu anak laki-lakinya yang berusia 20 tahun.

Mirip dengan cerita Rini, Pak Naan pun setiap harinya tak memiliki uang cukup untuk hidup keluarganya.

"Modal Rp 250.000, untung Rp 50.000. Itu kalau habis, hari ini kayanya enggak habis" ujar dia ketika ditemui Kompas.com pada Kamis (11/7/2019) siang.

Naan menjelaskan setiap paginya ada iruan yang ditarik oleh RW dan petugas kebersihan. Untuk RW, Naan harus membayar Rp 4.000, sementara untuk kebersihan Rp 2.000. 

Ia mengatakan bahwa anaknya sudah tidak sekolah lagi, sementara anak satunya lagi sudah bekerja sebagai driver ojek online. Karena pnghasilan per hari keluarga Naan tidak besar, jadi pengeluaran pun diatur ketat.

"Dicukup-cukupin lah duitnya. Buat makan saja dulu pokoknya" kata Naan.

Ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ia pun tidak terlalu berharap untuk mendapatkannya. Toh,  ia masih bisa berusaha sendiri.

Ia hanya berharap nanti kedua anaknya bisa hidup berkecukupan, mungkin dengan membuka usaha sendiri atau menjadi pegawai kantoran.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/11/15320151/berpenghasilan-rp-30000-sehari-ini-kisah-wong-cilik-bertahan-hidup-di

Terkini Lainnya

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke