Kompas.com menghimpun sejumlah fakta mengenai pencemaran di Kali Bahagia itu.
1. Beragam jenis sampah
Sampah yang menutupi dan bahkan membendung aliran Kali Bahagia didominasi jenis sampah anorganik yang diperkirakan berasal dari rumah tangga. Sebagian besar di antaranya berbahan dasar plastik, seperti mangkuk sekali pakai, botol, dan kantong kresek.
2. Volume sampah
Sepanjang 1,5 hingga 2 kilometer aliran Kali Bahagia diperkirakan tertutup sampah. Sampah membuat aliran kali jadi dangkal lantaran sudah menumpuk selama beberapa bulan terakhir. Bobot sampah di kali itu sekitar 400 ton.
3. Parah pada tahun ini
Warga setempat mengatakan, keadaan Kali Bahagia kian memprihatinkan sejak awal tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya, sampah memang telah jadi pemandangan lazim di kali ini tetapi air sungai masih tampak dan sampah hanya terbendung di bendungan milik petani.
Saat sampah masih belum separah sekarang, banjir sudah jadi langganan saat musim hujan.
Warga khawatir, keadaan semakin buruk pada musim hujan tahun ini datang. Soalnya, kondisi Kali Bahagia sudah benar-benar penuh sampah.
4. Sebabkan penyakit
Selain menyebabkan banjir, joroknya aliran Kali Bahagia berimbas pada timbulnya berbagai penyakit yang diderita warga. Ketika banjir, misalnya, warga sudah jadi langganan terkena diare.
Saat musim kemarau seperti sekarang, nyamuk jadi momok.
"DBD (demam berdarah dengue) setiap tahun 3-4 orang (terkena DBD). Dugaan (penyebab) dari kali. Air got-nya nggak kering-kering. Air nggak bisa ngalir, dari situ banyak jentik nyamuk," ujar Ketua RW 021 Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Ariffudin Dachlan, kepada wartawan, Senin (29/7/2019).
Ariffudin menyebutkan, dalam pekan ini saja, sudah dua orang warganya terserang DBD.
5. Terhalang 204 bangunan liar
Sekretaris Kelurahan Bahagia mencatat, hingga saat ini total terdapat 204 bangunan liar yang berdiri di sepanjang aliran Kali Bahagia. Bangunan-bangunan itu sudah berdiri sejak tahun 1999, beberapa di antaranya memanfaatkan sertifikat pemanfaatan lahan sementara yang diterbitkan Perum Otorita Jatiluhur Kementerian PUPR sebagai pengelola lahan di bantaran Kali Bahagia.
Warga menyatakan, beberapa bangunan liar itu malah dijadikan peluang bisnis, sebagai rumah kontrakan sejak 2010.
Pembongkaran bangunan liar di sepanjang Kali Busa atau Kali Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi dinilai jadi satu-satunya cara efektif mengatasi persoalan sampah yang menutupi aliran kali itu.
"Bukan sampah tidak bisa dibuang. Tidak bisa masuk alat berat ke sini karena ada bangunan liar. Kalau bisa dirapikan itu mudah. Gimana bisa keruk (sampah) kalau ada bangunan liar," ujar Kepala Bidang Jejaring Inovasi Pelayanan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Syamsul Akbar saat meninjau Kali Bahagia, Senin.
6. Cemari sawah warga
Pengairan sawah-sawah milik warga yang berasal dari Kali Bahagia pun menghitam, imbas pencemaran di aliran kali tersebut.
Meski begitu, salah satu petani, Sumaryati menyebutkan bahwa keadaan itu tak banyak berpengaruh terhadap kualitas padi yang ia tanam.
"Tetap enak, kecuali kalau dari kali banjir karena mampet sama sampah. Kalau banjir, padinya pada rebah, jadi bontok. Enggak putih lagi berasnya," kata Sumaryati.
Masalahnya, tak jauh dari lahan persawahan itu, endapan sampah plastik sudah begitu parah membendung aliran Kali Bahagia. Banjir pun sudah begitu sering merendam pemukiman warga, termasuk areal persawahan di sekitarnya.
7. Staf Luhut Panjaitan turun tangan
Staf Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan meninjau langsung ke lokasi pada Senin petang.
"Langsung Pak Deputi menugaskan kami memantau dan mencari masalah apa sehingga terjadi hal ini. Kami mencari solusi, kalau bisa secepatnya diselesaikan. Kalau tidak, dampaknya panjang. Setiap ada berita sampah, itu terus untuk kami cepat tindak lanjuti untuk diselesaikan cepat. Kami tahu, sampah hal yang tidak menarik sama sekali buat wisatawan dan masyarakat setempat," ujar Kepala Bidang Jejaring Inovasi Pelayanan Rakyat Kemenko Kemaritiman, Syamsul Akbar saat meninjau lokasi.
Setelah itu, Syamsul berjanji bakal sesegera mungkin mempertemukan berbagai elemen terkait untuk menyelesaikan permasalahan itu.
“Kami menteri koordinator, kami koordinasikan pengambilan keputusan, kebijakan, koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian, agar sesuatu itu bisa berjalan dengan target pemerintah. Nah, nanti ada mungkin meeting antara kebijakan, sehingga Perum Jasa Tirta II (dulu Perum Otorita Jatiluhur), dinas di Kota dan Kabupaten Bekasi, dan aparat terkait bisa sama-sama bersinergi untuk kita sama-sama tuntaskan,” ujar Syamsul.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/30/05350031/7-fakta-seputar-pencemaran-kali-bahagia-di-babelan-bekasi