Setiap harinya, Jakarta memproduksi sampah seberat 7000 ton yang diantar ke TPST Bantargebang.
Dengan sistem pengelolaan sanitary landfill, TPST Bantargebang memiliki kapasitas maksimal 49 juta ton.
Selama 30 tahun Jakarta telah bergantung ke Bantargebang. Kini kondisinya telah terisi 39 juta ton sampah atau 80 persen dari kapasitas TPST.
Jika diperhitungkan, maka TPST Bantargebang hanya bisa bertahan tiga tahun lagi.
Ancaman ini memaksa Pemprov DKI untuk mencari jalan lain yang lebih efektif dalam mengolah sampah. Salah satunya membangun Intermediate treatment facility atau ITF.
ITF merupakan fasilitas pengolahan sampah di dalam kota yang berbasis pada konsep waste to energy. Dalam hal ini, yaitu listrik.
ITF bekerja dengan membakar sampah di sebuah ruangan tertutup bernama insinerator dengan suhu 1000 derajat celcius.
Di atas insinerator terdapat boiler atau ketel uap berisi air yang jika dipanaskan akan menjadi uap bertekanan tinggi.
Nantinya uap itu akan memutar generator dan menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan minimal adalah 35 megawatt per jam.
ITF Sunter dikabarkan dapat mengolah 2200 ton sampah atau sekitar 30 persen dari total 7.452 ribu Ton Sampah DKI per harinya.
Awal mula zaman Fauzi Bowo
ITF pertama kali digagas oleh Gubernur ke-13 Jakarta, yaitu Fauzi Bowo alias Foke pada 2009, dengan nilai pembangunan Rp 1,3 triliun.
Instalasi tersebut rencananya akan didirikan di tiga daerah, yakni Cakung, Sunter, dan Marunda.
Proyek tersebut sebetulnya telah dilelang, namun penentuan pemenang lelang tidak kunjung diputuskan hingga pergantian Gubernur dari Fauzi Bowo ke Joko Widodo alias Jokowi.
Peralihan ke Jokowi
Pada tahun 2012, Pemprov DKI Jakarta berencana melanjutkan proyek pembangunan ITF dan telah memiliki dua calon perusahaan pemenang lelang, PT Phoenix Pembangunan Indonesia dan PT Wira Gulfindo Sarana.
Namun hingga tahun 2013, pemenang lelang masih belum ditentukan. Padahal, Jokowi pada saat itu sudah menerima dokumen tender proyek ITF dan akan mengumumkan pemenangnya.
Kecurigaan di era Ahok
Pada tahun 2015, Gubernur DKI saat itu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sempat mencurigai pihak-pihak yang 'bermain' dan membuat pembangunan ITF terus terhambat selama tiga tahun berturut-turut.
"Saya juga bingung (oknum Dinas) Kebersihan tuh selalu kalau lelang incenerator enggak beres-beres. Makanya, saya tugaskan PT Jakpro (PT Jakarta Propertindo) harus bangun ITF dan Jakpro masih alasan ini itu. Ini saya lihat kenyamanan puluhan tahun yang terganggu," kata Basuki, di Balai Kota, Kamis (5/11/2015).
Ia berencana mulai membangun ITF di kawasan Sunter pada tahun 2016. Pihaknya pun telah menganggarkan dana sekitar Rp 1,2 triliun.
Ada empat ITF yang akan dibangun pada tahun 2016. Lokasinya, yaitu di Sunter, Marunda, Cakung, dan Semanan.
Pada awal 2016, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah yang wajib diterapkan di tujuh kota di Indonesia, salah satunya Jakarta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga menerbitkan Pergub No. 50/2016 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas Pengelola Sampah di dalam Kota/Intermediate Treatment Facility sebagai dasar penugasan PT Jakpro.
Setelahnya PT Jakpro menggandeng Fortum Finland dan membentuk usaha Joint Venture (JV) dengan porsi saham mayoritas dipegang Jakpro.
ITF Sunter rencananya akan memiliki daya tampung sampah mencapai 2.000-2.200 ton per hari.
Era Anies Baswedan
Dua tahun berlalu, akhirnya Gubernur Jakarta Anies Baswedan melakukan peletakan batu pertama ITF di Sunter pada akhir 2018.
Namun hingga akhir Juni lalu, belum tampak pembangunan di lokasi pengelolaan sampah tersebut.
Pihak PT Jakpro mengatakan, selama enam bulan terakhir dilakukan sosialisasi kepada warga setempat.
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup saat ini sedang melakukan soil test atau pengujian tanah di area pembangunan ITF.
Proyek pembangunan ITF Sunter direncanakan memakan waktu selama tiga tahun dan baru akan selesai pada tahun 2022 nanti.
ITF Sunter nantinya dapat mengolah 2.200 ton sampah per hari. Sampah-sampah itu dikonversi menjadi 35 megawatt energi listrik.
PT Jakarta Propertindo (Jakpro) juga berencana membangun tiga atau empat ITF lagi di Jakarta setelah ITF Sunter.
ITF lain yang akan mereka bangun kemungkinan tidak berbentuk pembangkit listrik berbasis sampah (PLTSe) seperti yang ada di ITF Sunter.
"Karena sampah di Jakarta ini kan sampah campuran, nah kemungkinan bisa saja nanti kami juga mengolah sampah menjadi pakan ternak, sampah menjadi pupuk, atau bahkan menjadi biogas. Jadi teknologinya enggak selalu seperti ITF Sunter," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/02/06100041/jalan-panjang-proyek-itf-dari-era-foke-sampai-anies