JAKARTA, KOMPAS.com - Menanggapi problematika sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Sabdo Yuwono mengemukakan pendapatnya mengenai hal-hal penting untuk dipertimbangkan.
Arief mengingatkan, sebelum Bantargebang tidak beroperasi lagi, perlu dipastikan bahwa tempat pembuangan pengganti sudah siap.
"Lokasi baru tersebut memenuhi syarat atau tidak," ucap Arief saat dihubungi pada Jumat (2/8/2019).
Menurut Arief, meski penutupan Bantargebang bisa menjadi masalah bagi masyarakat Jakarta di kemudian hari, sebaliknya hal ini justru bisa memberi dampak positif bagi warga Bekasi.
"Bagi orang Bekasi barangkali baik dari segi lingkungan. Tapi kalau dari segi keuangan saya tidak tahu,"
Selain itu Arief menegaskan, permasalahan utama dari sampah yang menggunung adalah perilaku.
Sampah yang menggunung, kata Arief, bisa diatasi dengan teknologi pembakaran organik atau insinerasi. Namun, hal ini bukan berarti tanpa efek negatif karena insinerasi memiliki sejumlah residu seperti abu dan emisi ke atmosfer berupa gas sisa hasil pembakaran.
Sebelum melewati fasilitas pembersihan gas, gas-gas tersebut mungkin mengandung partikulat, logam berat, dioksin, furan, sulfur dioksida, dan asam hidroklorat.
"Insinerasi plus minusnya lumayan banyak," tambahnya.
Karena itu Arief lebih berharap pada perilaku masyarakat yang sejatinya harus diubah.
"Saya kira itu bagus juga untuk memberi sarana pendidikan bagi masyarakat," ucapnya.
Sebelumnya, dikabarkan sampah yang dikumpulkan ke Bantargebang dari Jakarta mencapai 7.500 ton per hari. Angka ini tidak sebanding dengan jumlah sampah yang bisa diolah.
Akibatnya, TPST Bantargebang diprediksi tak lagi dapat menampung sampah pada tahun 2021.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/02/18214651/guru-besar-ipb-lokasi-pengganti-bantargebang-perlu-dipersiapkan