Hingga 14 Agustus 2019, kebakaran telah terjadi di 141 titik, lebih banyak ketimbang total kebakaran selama Mei.
Wilayah Jakarta Timur jadi yang paling sering dilalap api ketimbang 4 wilayah lainnya.
Tren itu diduga kuat disebabkan oleh datangnya musim kemarau di Jakarta.
"Musim kemarau kan kering banget, alang-alang saja bisa nyala sendiri," ujar Kepala Dinas PKP, Subejo saat dihubungi, Rabu.
Di musim kemarau, kata Subejo, kebakaran bisa lekas membesar dalam hitungan menit.
"Walaupun sumber api bisa saja penyebab lain, dari kelistrikan misalnya, sambungannya tidak sempurna, lepas, kabelnya kurang bagus. Ketika sebelahnya banyak bahan mudah terbakar, ya terjadi," ia menjelaskan.
Berdasarkan data Dinas PKP, kelistrikan memang jadi pemicu utama kebakaran di Jakarta. Sejak Januari 2019, masalah listrik menyumbang 701 dari 1.170 peristiwa kebakaran.
Data yang sama juga menunjukkan melesatnya intensitas kebakaran akibat pembakaran sampah pada dua bulan terakhir, ketika musim kemarau mulai merangkak menuju puncaknya. Dalam rentang Januari-April, pembakaran sampah tak sampai menyumbang 10 peristiwa kebakaran. Namun bulan Mei dan Juni masing-masing ada 15 dan 16 kebakaran akibat pembakaran sampah.
Juli, jumlah itu melesat ke angka 55 peristiwa kebakaran. Agustus, hingga tanggal 14, sudah ada 42 kebakaran akibat pembakaran sampah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/14/19045151/kebakaran-di-jakarta-melonjak-empat-bulan-terakhir