Salin Artikel

5 Kesulitan yang Dihadapi Lies karena Pertahankan Rumah di Tengah Apartemen Mewah

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kompleks Apartemen Thamrin Executive Residence, siapa sangka ada rumah reyot yang tak banyak diketahui orang termasuk penghuni apartemen itu sendiri.

Rumah reyot milik Ibu Lies itu tak banyak diketahui orang karena setengah bangunannya ditutupi oleh tembok berisi tanam-tanaman hijau.

Posisi rumahnya yang lebih rendah dari jalan membuat penghuni harus turun melewati tangga nan licin untuk masuk ke rumahnya.

Rumah milik ibu tiga anak ini memang sudah ada sejak dulu sebelum apartemen itu dibangun.

Hanya Lies satu-satunya yang bertahan tinggal di kompleks apartemen itu selama tujuh tahun sejak Apartemen Thamrin Excutive Residence berdiri pada 2012.

Tinggal di kompleks apartemen itu telah membuat kehidupan Lies bersama suami dan anaknya tak tenang.

Dia harus menghadapi berbagai kesulitan sebagai konsekuensi dari sikapnya yang memilih bertahan di rumah itu.

Kompas.com merangkum kesulitan-kesulitan yang dialami oleh Lies selama hidup berdampingan dengan apartemen.

1. Rumah hampir ditutupi pengelola agar tak diketahui keberadaannya

Hidup berdampingan dengan apartemen bukanlah suatu hal yang indah. Pasalnya rumah Lies sering kali dianggap benalu bahkan uban yang harus ditutup-tutupi keberadaannya.

Tidak cukup menutup setengah rumahnya menggunakan tembok berisi tanaman-tanaman hijau, rumah Lies pun sempat akan ditutupi tembok seluruhnya.

Namun, hal itu langsung ditolaknya. Ia menilai para pengelola tak berperikemanusiaan.

"Ini saja jalan ke bawah, tembok tinggi semua yang bangun pengelola supaya rumah saya tidak kelihatan warga. Eh ini malah mau menutup rumah saya dengan tembok," ujar Lies.

"Kalau ditembok semua, bagaimana saya keluar? Apa saya punya sayap yang bisa terbang?" kata Lies pada Jumat (20/9/2019).

Lies juga pernah mematahkan besi-besi yang diletakkan pengelola di area masuk rumahnya.

2. Kesulitan air bersih

Selain itu, Lies bercerita, setiap hari ia harus berbagi jatah air dengan apartemen yang menyediakan air bagi para penghuninya.

Namun, sering dia justru tidak mendapat air bersih itu.

"Semua disedot sama apartemen, saya tak pernah kebagian air bersih," ujar Lies saat ditemui, Jumat (20/9/2019).

3. Ajukan permohonan PDAM untuk rumahnya, tetapi ditolak

Lies bahkan pernah mengajukan permohonan ke pengelola apartemen untuk memasang air PDAM di rumahnya.

Namun, permintaan itu tak diindahkan oleh pengelola. Padahal, Lies berniat untuk membayar biaya operasional itu menggunakan uangnya sendiri.

"Saya sudah bilang, biarin saja PDAM masuk ke rumah saya. Saya yang bayar pipanya, tukangnya. Berapa meter sini saya yang bayarin, maksudnya biar bagi ke saya juga airnya," ujar dia.

4. Beli air isi ulang untuk keperluan sehari-hari

Akhirnya, ibu berusia 64 tahun ini harus membeli air isi ulang untuk mandi, mencuci baju, dan piring.

Setiap hari, ia harus membeli 20 hingga 25 galon ke rumah untuk persediaan air.

"Ya kalau buat nyuci-nyuci, saya beli air isi ulang sama tetangga saya dengan harga Rp 7.000-an, kalau air aqua asli palingan buat minum, saya beli Rp 18.000," kata Lies.

Air isi ulang itu biasanya diangkut oleh suaminya. Namun, terkadang dirinya mengangkat air isi ulang ini.

Membawa banyak galon ke dalam rumahnya juga bukan perkara mudah. Meski dibantu sang suami, ia tetap mengeluhkan sakit setiap membawa galon itu.

"Ini kan jalan masuk ke rumah saya, lihat ya sempit terus licin, kadang kepeleset saya gara-gara ngangkut air," ucapnya.

5. Diminta bayar parkir masuk apartemen

Kesulitan Lies tak berhenti di situ. Ibu rumah tangga ini bahkan pernah diminta bayar parkir untuk masuk ke kawasan apartemen.

Padahal, dia hendak pulang ke rumahnya yang ada di sisi belakang apartemen. Permintaan dari petugas itu pun ditolaknya mentah-mentah.

Saat ini Lies bisa masuk dengan bebas meski tetap membawa motor masuk ke samping rumahnya. Bahkan, Lies boleh parkir tepat di samping rumahnya bukan di tempat parkir para penghuni.

"Pernah dimintai Rp 500.000 untuk mobil dan Rp 300.000 untuk motor per bulan. Saya tidak mau, akhirnya sekarang gratis. Enak saja mereka minta-minta ke saya, orang ini tanah juga tanah nenek moyang saya," ujar Lies.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/21/07351391/5-kesulitan-yang-dihadapi-lies-karena-pertahankan-rumah-di-tengah

Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke