Salin Artikel

Lini Masa Aksi Mahasiswa di Gedung DPR, Blokade Jalan hingga Mosi Tak Percaya

Dengan tagar #MahasiswaBergerak yang tersebar di berbagai media sosial, mahasiswa seolah terbangun dari tidur lelapnya selama ini.

Mereka berbondong-bondong datang ke depan gedung DPR. Warna-warni jaket almamater kebanggaan dari berbagai universitas mewarnai gedung para wakil rakyat sejak siang hingga malam hari. 

Spanduk-spanduk nada protes terhadap DPR dan Presiden Jokowi terkait revisi UU KPK dan revisi UU KUHP dibentangkan. Kepalan tangan dilayangkan ke udara.

"Hidup mahasiswa!" demikian pekik orator yang terus digelorakan untuk membakar semangat mahasiswa.

Namun, mahasiswa yang hadir hari itu tak hanya mereka yang memprotes RKUHP dan revisi UU KPK. Ada juga sekelompok kecil mahasiswa yang mengatasnamakan diri Mahasiswa Progresif Anti Korupsi (MAPAK).

Kompas.com meringkas peristiwa-peristiwa penting aksi unjuk rasa kemarin di depan gedung DPR.

Demo disekat

Karena ada dua kubu dengan tuntutan yang bertolak belakang, akhirnya kepolisian membuat massa aksi demo ini dengan penyekatan.

Sehingga tuntutan yang diserukan itu bisa disampaikan dengan baim tanpa mengganggu.

"Kita di sini membuat sekat di antara mereka agar intinya penyekatan ini agar mereka pro dan kontra sama-sama sampaikan aksinya agar tidak terganggu dan menggunakan sound system, jadi mereka sama-sama fokus dengan apa yang mereka tuntutkan,” ujar Harry di Gedung DPR RI, Senin.

Massa tutup jalan 

Semakin sore, mahasiswa kontra atau menolak RUU KPK dan RKUHP semakin banyak yang berdatangan di Gedung DPR RI.

Kehadiran mereka yang dalam jumlah besar membuat sepanjang Jalan Gatot Subroto arah ke Slipi ditutup.

Massa aksi tampak duduk di separator jalur Transjakarta. Bahkan memenuhi jembatan Ladogi yang mengarah ke Kompleks Gelora Bung Karno.

Mahasiswa pro dan kontra saling sindir

Hari semakin gelap tak membuat semangat mahasiswa surut. Mereka terus mengorasikan tuntutan mereka masing-masing.

Lucunya, dalam aksi ini, dua kubu antara pro dan kontra RUU KPK saling sindir.

Mereka saling berlawanan dan bersautan di atas mobil komando masing-masing.

Massa yang kontra tetap bersikeras tolak UU KPK dan RKUHP.

"Tolak RUU, tolak RUU, tolak RUU sekarang juga," ujar orator melalui mobil komando.

Orasi penolakan ini langsung ditepis oleh massa yang mendukung itu. Mereka mendukung revisi UU KPK termasuk pimpinan KPK terpilih.

"Jangan terprovokasi kawan-kawan, jangan terprovokasi kawan-kawan," kata orator.

Massa blokade jalan tol

Jarum jam sudah menunjuk ke arah pukul 19.30 WIB, massa kontra yang menolak UU KPK dan RKUHP masih bertahan.

Keadaan pun semakin memanas lantaran teman-temannya yang sebelumnya masuk ke dalam Gedung DPR untuk audiensi tak kunjung keluar.

Mereka merasa pendapat mereka tak didengar oleh DPR. Sehingga mahasiswa pun sempat melempar batu bahkan botol ke arah Gedung DPR.

Namun, situasi memanas itu tak berlangsung lama. Situasi sempat cair setelah perwakilan mahasiswa yang melakukan audiensi berada di atas mobil komando dan menjelaskan hasil pertemuan mereka dengan DPR.

Namun, hasil yang mereka dapatkan ternyata tak berujung baik.

Perjanjian yang sempat dilontarkan oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar pada 19 September kemarin nyatanya tak dipenuhi anggota DPR. Mahasiswa akhirnya menyatakan mosi tidak percaya kepada para wakil rakyat di hadapan dua anggota DPR yang bertemu mereka.

Hal tersebut membuat situasi memanas lantaran massa tak didengarkan hingga akhirnya ada ajakan dari mobil orator untuk masuk ke jalan tol.

"Bagaimana kalau kita tutup jalan tol teman-teman," ujar orator.

Massa yang mendengar itu kemudian dengan cepat langsung meringsek masuk ke jalan tol menyelonong masuk ke jalan tol dalam kota dari menuju Grogol dan Slipi, Jakarta Barat.

Akibatnya, arus lalu lintas di Jalan Tol S Parman tersendat.

Polisi yang melihat aksi massa yang semakin nekat langsung berteriak dari atas mobil orator agar massa keluar dari jalan tol. 

Mendengar pihak kepolisian memberi peringatan tersebut, mahasiswa yang masuk ke dalam jalan tol berangsur-angsur keluar dari jalan tol itu. Arus lalu lintas pada pukul 20.00 WIB pun tampak lancar kembali.

Mahasiswa paksa masuk Gedung DPR RI

Namun, tak berhenti sampai di sana. Sekitar pukul 20.30 WIB massa makin memanas.

Mereka memaksa masuk ke dalam gedung DPR bahkan sempat memanjat gerbang Gedung DPR RI.

Massa juga menggoyang-goyangkan pagar gedung tinggi itu hingga pagar rusak.

Salah satu orator massa yang melihat itu memberi peringatan kepada massa yang hendak masuk ke dalam Gedung DPR.

Ia juga mengingatkan massa aksi untuk tidak mudah terprovokasi dengan adanya massa yang hendak mencoba masuk ke gedung DPR RI.

"Teman, teman mahasiswa jangan terprovokasi. Mohon buat brikade," ucap orator.

Akhirnya, massa yang masih menggunakan almamater langsung membuat barikade sendiri.

Seketika saja dan berangsur-angsur situasi mulai kondusif kembali.

Sekitar pukul 22.45 WIB massa akhirnya memilih untuk bubarkan diri. Massa satu per satu akhirnya meninggalkan Gedubg DPR.

Massa kembali turun jalan

Namun, aksi ini tak berhenti begitu saja. Mereka akan kembali turun ke jalan hari ini, Selasa (24/9/2019). Mereka menjanjikan hadir dalam jumlah yang lebih banyak.

Hari ini, tak hanya universitas-universitas sekitar Jakarta yang hadir. Rencananya, mahasiswa di luar Jakarta juga akan turut bergabung menyuarakan aspirasi mereka di depan gedung DPR.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Manik Marganamahendra menyatakan, jika hari ini akan ada massa yang bertambah banyak.

Ia berjanji, massa mahasiswa yang datang hari ini akan lebih banyak. Manik menyebut akan ada 4.000 mahasiswa dari 36 hingga 40 universitas yang hadir dan masyarakat bersatu.

Massa mahasiswa masih tetap menagih janji kesepakatan antara mahasiswa dan Sekretariat Jenderal (Sekjen) DPR Indra Iskandar pada Kamis (19/9/2019).

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/24/10025991/lini-masa-aksi-mahasiswa-di-gedung-dpr-blokade-jalan-hingga-mosi-tak

Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke