Salin Artikel

Lelah Rosminah Tangisi Si Bungsu, Akbar Alamsyah yang Meninggal Tak Wajar

Berdiri pun rasanya tidak kuat, dia hanya bisa duduk di samping sebuah makam yang masih terlihat baru. Sesekali dia menyenderkan keningnya ke tangan sendiri, layaknya orang yang kelelahan karena bersedih.

Wajar saja dia bersedih. Di hadapannya, sang anak bungsu tercinta, Akbar Alamsyah tengah dimasukan ke dalam liang kubur.

Akbar meninggal di usia 19 tahun setelah terlibat dalam aksi demonstrasi tanggal 25 September lalu. Dia dinyatakan meninggal saat dirawat di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (10/10/2019)

Sambil duduk, mulutnya tak berhenti mengucapkan doa, sama seperti peziarah lainya. Berharap doa-doa itu bisa menghantarkan Akbar kepada sang pencipta.

Beberapa kerabat yang ada di sekeliling Rosminah pun mencoba merangkulnya untuk memberikan kekuatan. Namun, hal itu belum cukup membendung duka di hatinya.

Dia tetap saja tertunduk lesu, lemas, ingin menangis namun seperti tidak mampu lagi karena sudah lelah menguras air mata.

Rosminah dan yang lainnya sempat menaburkan bunga di atas makam anaknya itu. Mawar merah dan melatih ditaburkan dengan rata ke seluruh makam menggunakan tangan kanannya yang gemetaran.

Belum puas dengan tabur bunga, Rosminah bahkan duduk kembali di samping makam sambil mengelus-ngelus tanah yang menumpuk jasad anaknya itu.

Mulut mengucapkan beberapa kalimat, seperti masih ingin berbicara dengan anaknya sebelum pergi meninggalkan makam. Namun, tidak jelas apa yang dia ucapkan karena setiap katanya diselingi dengan tangis.

Siapa pun yang hadir di makam itu, merasakan kepedihan luar biasa dari seorang ibu karena kepergian anaknya.

Rombongan peziarah akhirnya meninggalkan makam, termasuk Rosminah. Mereka berjalan di antara makam yang sangat berdempetan.

Namun baru beberapa meter berjalan dari makam, lagi-lagi tangis Rosminah terdengar. Tubuhnya tumbang di atas tanah merah itu hingga membuat orang di sekitarnya kaget.

"Allahu Akbar!" kata mereka yang ada di sekitar Rosminah.

Rosminah yang tumbang dengan posisi duduk menangis sambil menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Anak saya disiksa".

"Istighfar, istighfar, harus kuat," sambut mereka yang berada di samping Rosminah.

Kerabat yang lain pun berusaha menenangkan Rosminah dan membopongnya kembali ke kediaman yang tidak jauh dari lokasi makam.

Dia masih bersedih, seluruh awak media pun berempati. Semua jurnalis yang hadir memberikan ruang dan waktu kepada Rosminah.

Keluarga tak percaya penjelasan polisi

Hanya Kaka dari Akbar Alamsyah, Fitri Rahmayani yang mau meluangkan waktu untuk memberikan pernyataan kepada media.

Bagi perempuan berusia 25 tahun itu, kepergian Akbar merupakan duka yang mendalam untuk keluarga besar. Pasalnya, adik laki-lakinya itu harus meninggal dengan cara yang tidak wajar.

Dengan luka parah di wajah dan kepala, Akbar hanya diklaim polisi terluka karena jatuh dari pagar.  Hal tersebut yang memicu kecurigaan besar kepada institusi tersebut.

Bagi dia, jatuh dari pagar adalah sebuah kebohongan yang menyelimuti kematian sang adik.

"Tidak mungkin dia jatuh dari pagar, tidak mungkin. Dia tidak sampai ke gedung DPR kok," kata Fitri.

Luka yang diderita Akbar pun tidak mencerminkan orang "jatuh dari atas pagar".

"Di kepalanya membesar kaya pakai helm, kayak semacam tumor kepala. Lebam bibirnya sampai tutupi lubang hidung, jontor," ucap dia.

Akbar bahkan harus menjalani cuci darah karena mengalami infeksi kantung kemih. Padahal, Akbar sebelumnya tidak punya riwayat penyakit yang serius.

"Akbar itu enggak punya penyakit apa-apa tapi tiba-tiba cuci darah. Ada infeksi saluran kantung kemih," ucap dia.

Keyakinan Fitri kuat jika Akbar meninggal karena perlakuan yang tidak pantas dari oknum tertentu. Namun apa daya, menempuh jalur hukum sendirian rasanya tidak kuat karena keluarga masih berduka.

Saat ini dia hanya berharap ada pihak yang mau memberikan bantuan hukum untuk mengungkap kejanggalan ini, untuk mengungkap sebuah kebenaran.

"Ingin banget (ada bantuan hukum). Kita cuma ingin tahu orangnya siapa. Dia ngapain adik saya," kata dia dengan penuh harapan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/12/13000091/lelah-rosminah-tangisi-si-bungsu-akbar-alamsyah-yang-meninggal-tak-wajar

Terkini Lainnya

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke