Salin Artikel

Dulu Warga Bisa Berenang di Kali Gubuk Genteng, Sekarang Banyak Kotoran Manusia

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Sukapura mengaku miris melihat kondisi Kali Gubuk Genteng di Kelurahan, Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara. Pasalnya, saat ini kali itu tampak sempit, kumuh, dan keruh.

Yasin (35) salah satunya. Pria yang lahir dan tumbuh di sekitar Kali tersebut bahkan sempat mengenang masa kanak-kanaknya ketika bermain dan berenang di kali itu.

"Tahun 80-an dulu saya berenang di sini, memang jadi tempat main anak-anak. Sekarang kondisinya begini, banyak kotoran (manusia), saya bingung," kaya Yasin kepada Kompas.com di pinggir Kali Gubuk Genteng, Jumat (1/11/2019).

Yasin menceritakan, dulu permukaan kali itu sangat luas, lebarnya bisa mencapai delapan hingga 10 meter. Sedangkan kini yang tersisa hanya sekitar 2,5 meter.

Kondisi itu mulai berubah ketika lokasi tersebut mulai dipadati penduduk sekitar tahun 1990-an. Warga sekitar mulai mengokupasi bantaran kali untuk membangun rumah-rumah kontrakan.

"Mulai ramai itu sejak ada KBN (Cakung), sekitar tahun 90-an lah," ucap Yasin.

Selain mempersempit aliran kali, rumah-rumah kontrakan itu rata-rata tidak dibekali dengan septic tank. Warga yang mengontrak biasanya buang air di WC umum yang ada di pinggir kali, di mana kotoran mereka langsung mengalir ke kali tersebut.

Sekitar tiga tahun belakangan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta  mencoba memperbaiki kondisi kali dengan membangun turap di pinggiran kali.

Turap dibangun untuk mematenkan luas permukaan kali selebar 2,5 meter tersebut. Namun, ada beberapa bangunan rumah warga yang berdiri melebihi batas tersebut.

"Dulu udah disuruh ditertibin yang lewat batas itu, warga udah pada mau, tapi waktu itu yang bangun turap enggak mau bongkar. Yang bangun swasta kayaknya, mereka enggak pakai seragam pemerintah," tutur Yasir.

Akibatnya, turap di sisi sebelah kanan kali terputus sekitar 100 meter karena ada bangunan-bangunan perumahan warga.

Berdasarkan pantauan di lokasi, aliran yang membatasi Kelurahan Sukapura dengan Kelurahan Semper Barat itu tampak keruh berwarna kehitaman.

Air dari kali itu tidak mengalir. Mirisnya lagi, banyak kotoran manusia yang mengambang di kali yang airnya dangkal tersebut.

Aliran kali di Jembatan Semper awalnya terlihat cukup lebar, kira-kira 10 meter. Namun, semakin mendekat ke pemukiman warga di Gang Bambu, kali semakin menyempit.

Terlebih di lokasi bekas pembongkaran bangunan yang dilakulan oleh Kelurahan Semper Jumat pagi tadi. Terlihat lebar kali kurang dari satu meter tertutup fondasi bangunan dan puing-puing bekas pembongkaran.

Yati Maryati (50), warga yang tinggal di bantaran kali menyampaikan, hal itu terjadi karena aliran kali yang sangat sempit kadang tidak mampu menampung air sehingga menggenangi rumah warga.

"Gimana lagi udah begitu kondisinya, tiap hujan banjir bisa sampai sedengkul," tutur Yati

Alhasil, warga sekitar mempertinggi lantai rumah mereka agar tiap kali musim penghujan datang, air tak masuk ke dalam rumah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/01/19123861/dulu-warga-bisa-berenang-di-kali-gubuk-genteng-sekarang-banyak-kotoran

Terkini Lainnya

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke