Salin Artikel

Cerita Juru Fotokopi di Polres Bekasi, Kelabakan Layani Ratusan CPNS Seharian...

BEKASI, KOMPAS.com – Tekanan pelanggan pada Rabu (13/11/2019) malam itu baru tiga kali mampir di pundak Rahmat (20) sepanjang hidupnya.

Ia sebelumnya tak pernah bergumul dengan mesin fotokopi setinggi dadanya selama 5 jam nonstop, sembari menghadapi puluhan orang menanti jasanya.

"Dulu saya kerja di Cakung, di pabrik, ngurusin helm. Buruh, Mas. Ini pertama kali saya menghadapi CPNS," ujar Rahmat saat Kompas.com menghampirinya, Rabu malam.

Sepetak ruangan mungil berjejal kertas plus sebangun mesin fotokopi seolah jadi ladang luas buat Rahmat menambang rupiah.

Ruangan itu menyempil tepat di belakang area layanan pengurusan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) di Mapolres Metro Bekasi Kota, Jawa Barat; berdampingan dengan toilet umum yang tak kalah sempit.

Lima bulan sudah Rahmat bertungkus-lumus dengan segala benda yang ada di ruangan berukuran tak sampai 3x3 meter itu. Namun, baru tiga hari belakangan ruangannya semakin sesak oleh pelanggan yang berduyun-duyun menyambangi “kantornya”.

Mereka merupakan para pendaftar CPNS 2019 yang tengah mengurus SKCK dan segepok dokumen lain sejak Senin (11/11/2019). Berlembar-lembar dokumen itu mesti dilegalisasi – di mana lagi kalau bukan di “gerai” Rahmat?

"Malah masih ada juga yang bikin SIM juga fotokopi di sini. Orang-orang RSUD (Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, terpaut 200 meter dari Mapolres) juga fotokopinya ke sini. Soalnya di mana lagi, jauh," ujar Rahmat.

Pria berambut keriting itu mengaku masih sanggup menghadapi para pelanggan sejauh tiga hari ini.

 "Ya, saya melayani harus sabar, maksimal," tuturnya.

Kerja rodi malam hari

Rahmat boleh mengaku masih sanggup dan harus sabar. Namun, kesibukan 5 jam nonstop bergelut dengan kertas masih akan mewarnai malam-malamnya hingga setidaknya 10 hari ke depan, hingga pendaftaran CPNS 2019 ditutup.

Tekad bahwa ia harus melayani para pelanggan dengan sabar perlu ia rapal tiap detik seperti mantra.

Pasalnya, ia sendiri mengakui bahwa para pelanggan itu kerapkali menjengkelkan. Sudah tahu antrean panjang, ada saja satu-dua orang yang misuh-misuh lantaran ingin buru-buru.

"Memang mulai ramai banget pas CPNS ini. Sesusah apa, ya (menghadapinya)," kata Rahmat sejenak berpikir.

"(Antara) susah (dan) enggak susah, sih. Susahnya kalau pemohon itu suka ngeburu-buru. Pemohon kan minta (fotokopinya) cepat-cepat. Dia kesal, terus dia marah-marah. 'Lama banget, Mas. Cepetan dong!'" Rahmat meniru gerutu pelanggannya.

Kejengkelan Rahmat maupun pelanggannya boleh jadi masuk akal. Kepala Urusan Administrasi & Tata Usaha Satuan Intelijen dan Keamanan Polres Metro Bekasi, Ipda I Ketut Wirata menyatakan, terjadi lonjakan 25 persen jumlah pengurus SKCK di Kota Bekasi selama tiga hari pendaftaran CPNS 2019.

Lonjakan itu terasa betul pada malam hari. Sebab, kebanyakan warga baru punya waktu luang malam hari buat mengurus SKCK.

"Kalau hari biasa (sebelum pendaftaran CPNS) itu kita rata-rata 250-300 orang malam hari yang mengurus SKCK. Kalau sekarang 450 orang, itu dari jam 20.00-04.00," kata Ketut kepada wartawan, Rabu.

Rahmat bercerita, biasanya para pelanggan mulai menyemut dalam bentuk kloter. Satu kloter bervariasi jumlahnya, mulai dari 5 orang ketika antrean masih lengang, sampai 9 orang sekaligus sewaktu antrean membeludak.

Mereka akan keluar berbarengan dari area layanan SKCK, lantas langsung menghablur ke gerai fotokopi Rahmat. Keramaian itu, menurutnya, mulai mencapai puncaknya pukul 19.00 ke atas.

"Kadang-kadang orang sudah ngantre fotokopi berapa orang, terus langsung datang lagi banyak," ungkap Rahmat yang mengaku kini hanya bisa “leyeh-leyeh” pada siang hari itu.

"Makanya enggak berhenti kalau sudah sore sampai malam. Sudah enggak ada waktu buat santai-santai, main HP. (Keramaian mulai) berhenti paling jam 24.00. Memang malam jauh lebih ramai," tambah pria asal Karawang, Jawa Barat itu.

Alhasil, malam hari, Rahmat kadang perlu dibantu oleh kakaknya yang sebetulnya tidak bertugas sebagai juru fotokopi.

Beratnya tekanan pada jam-jam sibuk itu tak mudah dipanggul sendirian oleh pemuda yang baru lima bulan mengakrabi mesin fotokopi.

Terlebih, gerai fotokopi Rahmat buka 24 jam.

Bergantian dengan rekannya, Rahmat memegang kendali fotokopi dua kali sehari: pagi sampai siang, dilanjut malam sampai subuh. Setiap hari.

Selama itu pula, khususnya malam hari, Rahmat harus memastikan bahwa jumlah dokumen yang digandakan tak meleset, potongan-potongan kertasnya presisi, lalu mengembalikan dokumen asli kepada pemiliknya tanpa cacat, tanpa tertukar.

Ia harus menuntaskannya, seringkali seorang diri, ditatap puluhan pasang mata tepat di hadapannya.

Kesibukan tersebut belum termasuk peran sejenis "resepsionis jadi-jadian". Lantaran begitu intim dengan dokumen-dokumen persyaratan mengurus SKCK, Rahmat seringkali didaulat oleh para pelanggan sebagai sumber informasi.

"Banyak yang nanyain (mekanisme) pendaftaran online buat SKCK. Terus nanya dokumen yang mesti dikasih ke siapa, dokumen kurang lengkapnya apa, harus fotokopi berapa. Ada saja yang nanya walaupun di dalam sudah dijelasin sama polisi. Kebetulan saya hafal, namanya tiap hari ngurusin. Kalau saya enggak ngerti, saya arahin saja ke polisi," ungkapnya.

Rabu malam, ketika berbincang dengan Kompas.com saat suasana belum begitu ramai pun, satu-dua pendaftar celingukan depan gerai fotokopi Rahmat.

Ujungnya, pendaftar itu bertanya padanya soal mekanisme pendaftaran antrean SKCK online.

Rahmat memandunya dengan telaten. Ia tampak tak ambil pusing dengan peran ganda itu.

Ia baru akan dibuat pening tatkala senjata satu-satunya – mesin fotokopi – tak menuruti perintahnya. Ngadat.

"Pernah kemarin atau Senin ya, malam-malam kejadian itu. Mesin error. Rusak. Gambarnya hilang, enggak tercetak," kenang Rahmat.

"Untung sudah siap-siap ada tukang servis stand by enggak jauh. Jadi tinggal telepon dia ke sini. Bagaimana lagi kasihan mereka, kalau malam kan susah lagi cari fotokopian. Jauh, mau cari di mana," kata dia.

Jika insiden itu terjadi, terpaksa ia membuat puluhan pelanggan yang berharap banyak padanya itu menanti. Syukur-syukur bila mesin fotokopinya bisa kembali siuman dalam tempo 1 jam.

Ia merasa lebih terjepit menyaksikan berderet-deret pelanggannya harus menunggu lama.

Seakan-akan, hal itu lebih pahit daripada potensi uang yang lenyap karena beberapa dari mereka pilih mencari tempat fotokopi lain meski jauh.

"Uang juga enggak tahu seberapa nambahnya. Biasa saja, enggak signifikan-signifikan amat meningkatnya," tutup pemuda itu merendah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/14/06223861/cerita-juru-fotokopi-di-polres-bekasi-kelabakan-layani-ratusan-cpns

Terkini Lainnya

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke