Salin Artikel

Polemik Pembangunan Hotel di TIM, Antara Melestarikan Budaya dan Kepentingan Komersil

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik pembangunan hotel bintang lima di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat belakangan semakin santer dipermasalahkan.

Hal ini lantaran adanya penolakan dari seniman serta budayawan yang tak ingin kawasan budaya tersebut berubah jika direvitalisasi.

Perdebatan ini menjadi heboh karena sebuah video rekaman yang beredar di dunia maya.

Video tersebut memperlihatkan Deputi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud DKI Jakarta Dadang Solihin tengah memarahi seniman di TIM beberapa waktu lalu.

Video itu diunggah pada Sabtu (23/11/2019) pukul 16.00 WIB oleh akun Facebook Humor Politik.

Dalam video itu, Dadang terlihat berdiri dari tempat duduknya sambil mengungkapkan, "Mau tidak diskusi... mau tidak diskusi?" ujarnya tegas.

Situasi memanas usai Dadang berkata demikian. Beberapa orang menunjukkan rasa tidak sukanya.

"Wah biasa aja dong jangan galak-galak," seru beberapa orang dalam video rekaman tersebut.

"Tidak bisa pejabat marah seperti itu," ujar yang lain.

Lalu, dengan nada pelan Dadang mengungkapkan bahwa ia tidak bermaksud marah.

"Tidak marah, saya tidak marah," ucap dia.

Setelah itu, diskusi tampak dibubarkan, Dadang yang kala itu menghampiri seniman-seniman yang hadir pun tak digubris.

"Bubar...bubar...bubar," ujar seseorang dalam video yang viral tersebut.

Ketika dikonfirmasi, Dadang memang membenarkan kejadian tersebut.

"Iya, itu saya dengan teman-teman seniman Taman Ismail Marzuki," ujar Dadang, saat dikonfirmasi, Sabtu.

Dadang menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/11/2019) lalu, saat ia diundang menjadi pembicara menggantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam diskusi publik "PKJ-TIM Mau Dibawa ke Mana?"

Namun, di tengah diskusi, sejumlah seniman yang hadir malah memotong pembicaraan untuk meledek dan mengolok-olok Dadang hingga akhirnya ia bersikap tegas.

Ia membantah bahwa dirinya saat itu marah. Menurut dia, nada bicaranya memang tinggi. Sebab ia seorang dosen.

"Saya tidak marah, ya gini emang suara saya. Jadi setiap saya ngomong, mereka ngomong jorok. Itu sebenernya saya ngerti, mereka kan pemain teater. Terus saya bilang ini mau dilanjutkan diskusi atau enggak mau dilanjutkan diskusi," cerita Dadang.

Setelah itu, Dadang pun menghampiri para seniman dan membicarakannya dengan baik-baik.

"Terus saya datengin, mau dirangkul. Saya bilang, 'Ya sudah pelukan, pelukan aja', terus dia marah," kata Dadang.

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Dadang dan para seniman itu akhirnya berdamai kembali.

Alasan penolakan seniman

Perwakilan seniman TIM Radhar Panca Dahana menyebutkan, penolakan itu dilakukan karena tidak ada hubungan antara budaya dengan membangun hotel bintang lima.

"Taman Ismail Marzuki ini adalah rumah kita. Kita harus pertahankan. Bagaimana hubungannya, membangun kebudayaan dengan membangun hotel bintang lima di TIM ini? Sedangkal itukah pemahaman tentang kesenian dan kebudayaan?" ujar Radhar.

Radhar mengatakan, seniman akan melawan jika ruang kebudayaan dimanfaatkan secara komersil.

"Yang terjadi sekarang adalah assanisasi terhadap kebudayaan. Terhadap ruang kesenian kita. Ya kalau begini, jangankan gubernur, presiden pun kita lawan," kata Radhar.

Para seniman pun membuat pernyataan yang berisi penolakan pembangunan hotel di TIM termasuk pelibatan Jakpro.

"Menolak pelibatan Jakpro dalam mengurus atau mengembangkan seluruh fasilitas atau isi kompleks TIM. Jika revitalisasi dalam bentuk apa pun tidak melibatkan secara langsung pendapat dan atau kerja para seniman dan seniwati yang ada di dalamnya," ungkap Radhar.

Tidak pernah diajak diskusi

Para seniman di TIM pun mengaku belum diajak diskusi oleh pihak PT Jakpro. Hal itu disampaikan salah seorang pegiat seni, Imam Ma'rif.

"Belum diajak diskusi. Teman-teman seniman tidak ada yang diajak diskusi sama mereka," ujar Imam.

Menurut Imam, revitalisasi hotel di TIM yang menjadi polemik ini harus dibicarakan dengan para seniman.

"Apapun alasan mereka (Jakpro), wajib dibicarakan dengan seniman. Revitalisasinya seperti apa dan bagaimana," ucap Imam.

"Memang membutuhkan ruang yang standar internasional. Artinya perlu juga dibicarakan dengan seniman," tambah dia.

Kata Imam, ada seorang seniman ditunjuk sebagai konseptor revitalisasi bangunan TIM. Namun tidak pernah dibahas rencana pembangunan hotel bintang lima.

Penolakan lainnya juga datang dari seniman Arie F Batubara.

Menurut dia, para seniman sepenuhnya menolak pembangunan hotel karena dirasa akan menggeser citra TIM dari pusat kebudayaan menjadi komersil.

"TIM itu bukan kawasan komersil itu intinya tidak boleh ada kawasan komersil di situ, itu tidak bisa ditawar. Kehadiran kawasan komersil akan dengan sendirinya mendegradasi atau mengeliminir fungsi sebagai pusat kesenian," terang Arie.

Menurut Arie, dalam desain masterplan TIM pada tahun 2007 yang dimenangkan oleh arsitek Andra Martin tidak menunjukkan adanya pembangunan hotel.

Maka, seharusnya revitalisasi TIM hanyalah berorientasi pada pengembalian TIM sebagai pusat kesenian bukan menambah tempat komersil.

"Mengembalikan posisi TIM kembali sebagai sebuah art center. TIM itu sudah dirusak bukan baru sekarang sudah terjadi 25 tahun yang lalu. Yang dirusak bukan TIM secara fisik tetapi fungsinya juga," kata dia.

Penjelasan Jakpro

Selaku pihak yang membangun, Jakpro kemudian angkat suara terkait polemik hotel bintang lima ini.

Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto menyebutkan, hotel bintang lima yang belakangan dipermasalahkan oleh para seniman dan budayawan TIM aslinya bernama Wisma TIM yang akan dibangun Jakpro.

Nama Wisma TIM tersebut sesuai desain dari arsitek perancang revitalisasi TIM, Andra Matin.

Hotel itu tak berdiri sebagai satu gedung sendiri melainkan digabung bersama galeri seni dan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.

"Galeri seni ada di lantai satu dan dua, kemudian Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin ada di lantai tiga dan empat. Hotelnya ada di atas itu semua. Jadi enggak makan ruangan. Padahal ini semua sinergi," kata Dwi dalam konferensi pers di kantor Jakpro, Thamrin City, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).

Dwi membantah tudingan bahwa desain awal revitalisasi TIM tidak ada pembangunan hotel dan Jakpro telah mengubah desainnya.

Desain tersebut ditambahkan mengikuti perkembangan waktu setelah melalui diskusi dengan sang arsitek.

"Enggak, Jakpro enggak mengubah. Mungkin desain awalnya seperti itu, tapi perkembangan zaman dan waktu kita diskusi, bagaimana nanti kalau sudah modern kaya begini. Sehingga beliau (Andra Matin) bisa menerima adanya desain ide-ide melakukan optimalisasi, bukan komersialisasi," jelasnya.

Terkait revitalisasi Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin, menurut Dwi, karena saat ini keadaannya sangat berantakan dan mempersulit publik jika ingin mencari-cari dokumen sastra di dalamnya.

"Ini yang akan kita revitalisasi. Desain Andre Martin. Bayangkan kalau ada orang yang mau melakukan pameran seni atau riset di PDS HB. Jassin, mereka akan menginap di sini (Wisma TIM). Rencana ada 200 kamar. Dan setiap kamar ada lukisan-lukisan seniman TIM," tutur Dwi.

Anies klaim diperuntukkan bagi seniman

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan bahwa adanya hotel dirancang agar para seniman dari luar Jakarta bisa memiliki tempat menginap.

Menurut dia, revitalisasi TIM dilakukan untuk bisa menjadi pusat kegiatan kebudayaan baik di level nasional maupun internasional.

"Itu sebabnya mengapa di sini bukan saja tempat untuk performing art atau tempat pertemuan saja, tetapi juga ketika seniman dan budayawan dari berbagai tempat di dunia datang, mereka pun dapat tinggal di dalam wisma, tinggal di dalam komplek TIM," ujar Anies di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).

Tujuan Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi TIM agar tempat tersebut menciptakan ekosistem budaya termasuk seniman dari berbagai belahan dunia.

"Artinya akan banyak kegiatan yang berlangsung di sana. Karena itu lah ketika TIM dirancang itu dirancangnya sebagai satu tempat ekosistem kegiatan kebudayaan dan itu sudah hampir setahun lalu," kata dia.

Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ini merasa cukup simpati karena selama ini ketika ada kegiatan, para seniman harus menginap di luar TIM.

"Dalam praktiknya selama ini kalau kita punya acara, mereka tinggal di hotel luar. Dengan adanya wisma, sama seperti wisma atlet kalau di Senayan untuk siapa? Tentu atlet yang berkegiatan di Senayan," ucap dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/26/09044241/polemik-pembangunan-hotel-di-tim-antara-melestarikan-budaya-dan

Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke