Salin Artikel

Cerita Korban Banjir Pondok Gede Permai Bekasi, Bertahan di Atap dan Modal Usaha Ludes

BEKASI, KOMPAS.com - Kediaman Erlina (47) di RT 001/RW 008 tepat berhadapan dengan tanggul yang membatasi perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, dengan aliran Kali Bekasi.

Rabu (1/1/2020) lalu, kali di balik tanggul setinggi 5 meter itu arusnya deras.

Tak disangka, arusnya melampaui tanggul dan dalam beberapa saat langsung merendam kediaman Erlina dan tetangganya.

"Saya baru pertama ngalamin banjir di sini, kebetulan tinggal di sini juga baru 4 tahun," kata Erlina kepada wartawan yang menemuinya pada Kamis (9/1/2020).

Saat ditemui wartawan, Erlina berjalan tertatih-tatih keluar rumah.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu korban yang terkena dampak banjir. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mereka dengan cara klik di sini untuk donasi.

Pasalnya, lumpur yang kian padat masih merendam hingga ketinggian sebetis orang dewasa, dari gang hingga ke dalam rumahnya.

"Tolong bantuin siramin lumpur ini saja, dong," rajuknya kepada wartawan yang ia kira aparat Pemerintah Kota Bekasi, dengan daster coreng-moreng kecokelatan oleh lumpur.

Rumah-rumah tetangga Erlina jauh lebih kacau.

Pagarnya lepas diterjang banjir. Jendela dan pintu jebol.

Lumpur masih melumuri tembok rumah, sedangkan atap-atap rumah tampak bergelombang dan lapuk.

Warna-warni plastik tersangkut di genteng dan dahan pohon-pohon tinggi, menandakan jejak ketinggian banjir kala Tahun Baru 2020 itu.

Bertahan di atap

Rumah yang dihuni Erlina saat ini merupakan warisan orangtuanya. Ia tinggal di sana bersama suami dan seorang anak.

Erlina mengenang, ketinggian air yang melimpasi tanggul depan rumahnya dengan cepat bertambah tinggi.

Belum lagi, arusnya yang begitu deras.

Untungnya, Erlina sempat menyelamatkan barang berharga ke lantai dua dan mencari tempat yang lebih tinggi. Mereka lari ke atap rumah.

"Air mulai meluap dari sekitar jam 10-11. Rumah saya kan dekat sama tanggul, saya liat dari atas (genteng) itu sudah deras banget," kata dia.

"Pertama barang-barang kita naikin ke lantai 2, tapi lama-lama air makin tinggi. Sampai lantai 2 saja setinggi paha, sudah enggak ada yang bisa kita selamatkan," tambah Erlina.

Waktu berjalan lambat dirasakan Erlina. Ia dan keluarganya hanya sanggup duduk di atap rumah sambil melihat air yang semakin tinggi merendam rumah mereka.

Erlina khawatir atap rumah itu ambruk. Ia pun resah tak keruan apabila ketinggian air malah makin bertambah.

Semua bayangan-bayangan buruk seliweran di depan matanya, sembari ia harus bertahan dari dinginnya baju basah dan lapar di perutnya.

Kamis (2/1/2020), banjir perlahan surut.

Bantuan datang dari sejumlah relawan yang menyisir perumahan warga membawa bantuan logistik makanan.

Namun, Erlina dan keluarga tak dievakuasi karena bukan kategori kelompok rentan: balita, ibu hamil, dan lanjut usia.

"Kalau evakuasi didahulukan anak kecil sama orang tua. Apalagi, kita ada di (wilayah) belakang susah. Kiriman makanan saja juga sudah alhamdulillah bisa selamat," kata Erlina.

Modal usaha ludes

Rasa syukur tak terperi muncul di dada Erlina dan keluarga karena banjir tak sampai ikut menyapu mereka di atas atap.

Di sisi lain, ia harus merelakan raibnya modal usahanya yang dibawa banjir, ayam dan lele.

"Ayam ada sekitar 50, tinggal 15 yang masih hidup. Kalau lele sudah habis semua," ujar Erlina sambil menunjukkan bekas kolam lele yang kini berisi lumpur.

Ketika ditanya soal total kerugian, Erlina menyebut "tak terhitung". Entah tak terhitung atau ia memang sudah sedemikian ikhlas.

"Motor juga terendam, mau dibenerin lumayan (mahal), bisa kena Rp 1 juta kali. Saya mending buat bersihin rumah dulu," kata dia.

Wilayah RW 008 merupakan wilayah paling parah terdampak banjir di Pondok Gede Permai (PGP).

PGP adalah wilayah paling parah terdampak banjir di Jatiasih dengan kedalaman banjir lebih dari 4 meter, dan Jatiasih sendiri jadi kecamatan dengan titik banjir terbanyak se-Kota Bekasi.

Sementara itu, ditilik dari jumlah korban terdampak banjir dan jumlah wilayah yang terendam pada Rabu (1/1/2020) lalu, banjir di Kota Bekasi adalah yang paling parah se-Jabodetabek.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu korban yang terkena dampak banjir. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan beban mereka dengan cara klik di sini untuk donasi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/11/09293651/cerita-korban-banjir-pondok-gede-permai-bekasi-bertahan-di-atap-dan-modal

Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke