Salin Artikel

Saat Masa Tanggap Darurat Banjir Tak Cukup untuk Bereskan Lumpur di Jatiasih, Bekasi

Selain masalah tanggul jebol yang memang butuh waktu lama untuk ditambal, pembersihan lumpur di sejumlah perumahan di bantaran Kali Bekasi pun baru 60 persen. Demikian  menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi.

Pemerintah Kota Bekasi lalu menetapkan status baru, 1 tingkat di bawah masa tanggap darurat, yakni masa darurat bencana pemulihan untuk penanggulangan DAS (Daerah Aliran Sungai) Kali Bekasi.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Bekasi, Sajekti Rubiyah menyatakan, penetapan status baru itu dilakukan mulai Rabu (15/1/2020) kemarin sampai 3 bulan ke depan

"Pembersihan sudah dilakukan sejauh ini 95 persen. Tinggal di sekitar DAS Kali Bekasi saja yang belum dibersihkan," ujar perempuan yang akrab disapa Yekti itu, Rabu.

"Masih memerlukan pembenahan pascabanjir, maka derajatnya diturunin satu tingkat," imbuhnya.

Yekti menjelaskan, prioritas rehabilitasi dampak pascabanjir di sekitar DAS Bekasi meliputi pembenahan tanggul, pengangkutan sampah, dan pembersihan lumpur.

Wilayah Jatiasih jadi salah satu prioritas untuk ditangani karena dampak pascabanjirnya belum diatasi betul selama masa tanggap darurat banjir.

Hingga Rabu siang, berdasarkan pengamatan Kompas.com, setidaknya dua perumahan di Jatiasih masih terbenam lumpur, yakni Pondok Gede Permai dan Kemang Ifi.

Kedua perumahan itu cukup parah terdampak Banjir pada awal bulan ini karena terletak persis di tepi Kali Bekasi yang meluap.

Lumpur masih semata kaki di Pondok Gede Permai

Sebanyak 4 RT di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi masih terbenam lumpur dengan kedalaman sekitar mata kaki orang dewasa pada Rabu siang kemarin.

Wilayah RT 001, 002, 003, dan sebagian RT 004/RW 008 di Pondok Gede Permai masih terendam lumpur.

Lumpur juga masih ada di RW-RW lain tetapi kedalamannya tak seberapa, hanya menyebabkan jalan becek dan licin.

Sebagian warga masih berjibaku kerja bakti membersihkan lumpur dengan sekop dan peralatan lain. Rumah-rumah warga pun masih berceceran lumpur.

Beberapa staf Pemerintah Kota Bekasi juga tampak ada di sana. Namun, jumlahnya tak begitu banyak.

Selama menelusuri Pondok Gede Permai pada Rabu kemarin, Kompas.com hanya menjumpai satu unit ekskavator yang beroperasi.

"Sudah lumayan (bersih) lah dibandingkan minggu lalu. Gerak sih Pemkot (Bekasi), tapi baru 3 hari ini kerasanya," ujar Irvan Nurdin (36), warga RW 008, Rabu siang.

"Bersihinnya 3 bulanlah baru bisa kelar, benar-benar seperti semula. Tapi paling baru 2 bulan banjir lagi," kata dia sembari tertawa.

Ketua RW 008, Syaikhu, mengaku kewalahan dengan tak selesainya masalah lumpur di lingkungannya.

Ia mengatakan, selain penanganan yang belum maksimal, beberapa warga yang baru kembali ke rumah pun kembali membuat kotor jalan karena mengeluarkan lumpur dari rumah mereka yang belum dibereskan.

"Tapi saya salut sama warga, sabar. Ini termasuk cepat menurut saya sejak alat berat bergerak seminggu lalu," ujar Syaikhu yang mengenakan sepatu bot dan kaos berlumur lumpur.

"Cuma di perbatasan RW 008 sama RW 009, dekat Masjid Al-Ikhlas, masih genangan. Karena di sana gotnya tertutup beton rumah-rumah. (Sumbatan lumpur) tidak bisa dirojok (dibongkar)," kata dia.

Syaikhu menyebutkan, setelah berakhirnya masa tanggap darurat banjir, pembersihan lumpur di Pondok Gede Permai bersifat padat karya.

"Kalau manual gini, untuk lumpur saja mungkin sebulan," kata dia.

Lambatnya penanganan lumpur membuat warga berharap hujan turun. Selain untuk mendorong lumpur ke selokan, hujan juga membuat lumpur lebih cair.

Irvan, misalnya, begitu bersyukur ketika hujan mengguyur Pondok Gede Permai saat Kompas.com bertamu ke kediamannya.

"Alhamdulillah," seru Irvan ketika hujan turun.

Ia mengatakan, hujan diperlukan agar lumpur-lumpur yang masih tersisa di RW 008 tak mengering.

Jika mengering, maka lumpur-lumpur itu akan kian sulit dipindahkan.

"Kayak kemarin (Selasa), saat TNI-AU berhasil modifikasi cuaca sampai kemarin kayak kemarau lagi. Panas banget. Kami malah pusing," ujar dia.

"Kalau hujan kita malah alhamdulillah," imbuhnya.

Pendapat Irvan dibenarkan Erick Timor (43), warga RT 004/RW 008 Pondok Gede Permai. Menurut dia, hujan dapat mencegah lumpur-lumpur menyumbat selokan.

Jika lumpur-lumpur itu kering, berarti harus ada pengerahan ekstra mobil pemadam kebakaran buat menyemprot lumpur-lumpur tersebut.

"Di sini mah enggak bakal banjir kalau cuacanya hujan (lokal) di sini saja. Mau segede apa pun hujan juga aman. Enggak apa-apa hujan gede," ujar Erick, Rabu siang.

"Kalau hujannya di Bogor baru kami ketar-ketir. Karena banjir di sini pasti karena kiriman," tambah dia.

Lumpur di Kemang Ifi tak separah di Pondok Gede Permai

Lumpur sisa banjir di Perumahan Kemang Ifi, Jatiasih, Kota Bekasi juga belum beres dibersihkan pada Rabu kemarin.

Jalanan yang becek serta licin, rentan membuat sepeda motor tergelincir. Namun, lumpur di Kemang Ifi tak separah di Pondok Gede Permai kedalamannya.

Selain itu, pengerahan bantuan di sana jauh lebih banyak ketimbang di Pondok Gede Permai.

Setidaknya empat mobil pemadam kebakaran beroperasi guna menyemprot lumpur.

Beberapa mobil bak dinas kebersihan pun terpantau hilir-mudik mengangkut sampah.

Lalu, sejumlah staf Pemerintah Kota Bekasi turut mendorong lumpur secara gotong-royong dari rumah warga ke jalanan, dari jalanan ke selokan.

"Syukurlah di sini cukup banyak petugas yang bantuin kami. Mobil damkar juga di sini dari pagi. Jadi bisa lumayan cepatlah daripada kemarin-kemarin," ujar Neneng (41), salah satu warga, Rabu siang.

Pendapat senada dilontarkan Nursomad (46). Menurut dia, penanganan lumpur pascabanjir di Kemang Ifi sempat lambat pada pekan awal selepas banjir. Penanganannya justru lebih sigap jelang berakhirnya masa tanggap darurat bencana banjir.

"Yang membantu banget ini nih (selang dan pipa besar pengalir lumpur ke Kali Bekasi). Pakai ini jadi lebih cepat daripada kami manual," kata Nursomad.

"Cuma ya kendalanya kadang-kadang bocor, kadang pecah. Mesti diakalin pakai kaos atau karet ban, diikat," imbuhnya.

Jatiasih sendiri jadi kecamatan dengan titik banjir terdalam se-Kota Bekasi. Kawasan Pondok Gede Permai jadi yang paling parah dengan kedalaman banjir mencapai 6 meter.

Secara statistik, ditilik dari jumlah korban terdampak banjir dan jumlah wilayah yang terendam, Banjir Tahun Baru 2020 di Kota Bekasi adalah yang paling parah se-Jabodetabek.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/16/07514891/saat-masa-tanggap-darurat-banjir-tak-cukup-untuk-bereskan-lumpur-di

Terkini Lainnya

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke