JAKARTA, KOMPAS.com - Asal mula Tanjung Priok yang kini dikenal sebagai pelabuhan terbesar di Jakarta dulunya merupakan pelabuhan pembantu.
Sebab, dulu pelabuhan Pasar Ikan sudah tak bisa lagi menampung volume perdagangan yang tumbuh pesat.
Laporan yang ditulis Kompas pada 11 Maret 1994 mengungkapkan, Tanjung Priok sebagai kota pelabuhan mulai menggeliat pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Terusan Suez yang dioperasikan tahun 1819 memberi keleluasaan perdagangan Asia Timur dan Eropa, termasuk Indonesia.
Perkembangan tersebut kemudian memaksa pelabuhan Pasar Ikan untuk berbagi tugas dengan Tanjung Priok yang berjarak 8 kilometer.
Pada 1877, Tanjung Priok mulai dibangun dan selesai di tahun 1883. Setelah dibangun, Tanjung Priok tidak langsung beroperasi.
Di tahun ketiga setelah pembangunan, atau tepatnya pada 1886, Tanjung Priok baru difungsikan sebagai pelabuhan.
Berkembang pesat
Beberapa tahun setelah beroperasi, Tanjung Priok yang saat itu dibangun dengan luas permukaan laut sekitar 20 hektar dan panjang dermaga sepanjang 1,2 kilometer tersebut cepat penuh.
Pembangunan pelabuhan II Tanjung Priok kemudian dilakukan di tahun 1910 dan selesai setelah tujuh tahun pembangunan.
Sebagai kota pelabuhan, Tanjung Priok terus berkembang hingga muncul Paket Kebijakan Ekspor tahun 1982 saat masa pemerintahan presiden Soeharto.
Paket itu kembali memaksa Tanjung Priok untuk memperluas dirinya sebagai tempat ekspor impor barang perdagangan internasional yang banyak ditujukan ke Indonesia melalui Jakarta.
"Masalahnya, pelabuhan Tanjung Priok berkembang terus sejalan dengan laju perkembangan ekspor Indonesia semenjak Paket Kebijaksanaan Ekspor tahun 1982. Akibatnya, pelabuhan selalu merasa kekurangan lahan untuk menampung kargo barang ekspor-impor yang diproses di sana," kata Dirut Pelabuhan II, Drs A Sabirin, ketika itu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/23/10583971/riwayat-tanjung-priok-pelabuhan-pembantu-yang-pesat-menjadi-besar