Salin Artikel

Cerita Nurlela, Sempat Khawatir Anaknya Tak Ikut Dievakuasi dari Wuhan

BEKASI, KOMPAS.com - Nurlela (42), ibu dari Musela Carentia (19), lambat laun mulai lega setelah anaknya menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau.

Adapun Musela adalah mahasiswa Indonesia yang mengikuti program beasiswa di Wuhan. Dia berkuliah di Wuhan Of Technology jurusan Teknik Industri, semester 4.

Nurlela mengaku panik tak karuan ketika Musela terisolasi di asramanya selama kurang lebih seminggu. Bahkan, Musela sempat kelaparan lantaran persediaan logistiknya telah habis.

"Legaan pas (Musela) di Natuna, kata anak saya semua serba disediakan. Makan, minum, pengecekan kesehatan rutin di sana, jadi saya tidak khawatir lagi," ujar Nurlela saat ditemui di Kediamannya, Jalan Haji Damil, Desa Serang, Kecamatan Cikarang Selatan, Bekasi, Kamis (6/2/2020).

Nurlela mengatakan, anaknya benar-benar diperhatikan pemerintah RI saat berada di Natuna.

Mereka berolahraga sejak pagi, mengikuti beberapa kali latihan, periksa kesehatan rutin hingga apel malam di sana.

"Banyak kegiatan mereka di sana, pokoknya tidak ngebosenin katanya. Saling ngobrolnya sesama orang Indonesia di sana," ucap Nurlela.

Nurlela kerap berkomunikasi dengan Caren, biasa Musela disapa, untu mengetahui aktivitas putrinya di Natuna.

"Beberapa kali saya video call anaknya tidak mau, soalnya tidak diperbolehkan video-video di sana. Yaudah saya denger suara dia aja deh," ujar Nurlela.

"Di sana mereka ada hanggar gitu yang memang jauh dari permukiman. Sehingga yang ada di hanggar itu hanya orang-orang yang dievakuasi dari China," imbuhnya.

Anaknya tak beri kabar ke Natuna

Nurlela mengaku senang saat melihat berita di televisi mengenai warga Indonesia akan dievakuasi dari Wuhan, China.

Ia lantas menelpon anaknya, meminta kabar darinya kapan akan dievakuasi.

"Nah pas itu saya dapat kabar hari Sabtu lalu mau dievakuasi kan ya, udah seneng banget," cerita dia.

Namun, beberapa saat dia dapat kabar anaknya hendak dievakuasi, tiba-tiba Caren tak bisa dihubungi.

Hal itu membuatnya khawatir, ditambah pemberitaan yang menyebutkan bahwa masih ada tujuh orang warga Indonesia yang berada di Wuhan.

"Anak saya tidak angkat telepon, saya udah teleponin berkali-kali, saya bingung. Nonton televisi isinya tujuh orang masih belum terevakuasi, saya udah mikir yang aneh-aneh aja udah," cerita dia.

"Apa jangan-jangan itu anak saya ya atau gimana, saya bingung," tambah dia.

Sambil menunggu kabar, Nurlela kerap memohon pada sang Ilahi untuk menjaga anaknya.

Lalu keesokan harinya, pada Minggu malam pekan lalu, ia mendapat telepon dari anaknya. Hatinya pun lega mendapat kabar Caren.

"Begitu nyampe di Natuna tidak ada kabar, eh baru jam 23.00 WIB deh tuh dia nelepon. Saya khawatir mah tinggal. Saya bilang ke bapak, 'Anak kita masuk ke tujuh orang yang tinggal enggak ya pak? Jangan-jangan tinggal pak'. Eh akhirnya saya lega ditelepon," ucap dia.

Nurlela berharap dirinya cepat bertemu anaknya dalam keadaan sehat. Ia selalu berdoa anaknya tetap sehat.

"Di Natuna paling dua minggu sampai 14 atau 15 Februari. Kemungkinan pulang 17 Februari, nah saya tidak tahu sistemnya mereka langsung ke Soekarno Hatta atau ke Batam dulu," tutur dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/07/10250641/cerita-nurlela-sempat-khawatir-anaknya-tak-ikut-dievakuasi-dari-wuhan

Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke