Banyak pihak terpukul dampak penyebaran virus Corona. Di antaranya, mereka yang harus membatalkan atau menunda pernikahan.
Keputusan diambil pada menit-menit terakhir. Padahal, persiapan pernikahan sudah dilakukan berbulan-bulan, bahkan sejak setahun lalu.
Tidak mudah untuk memutuskan pembatalan, terutama bagi mereka suku Batak. Keputusan harus diambil melibatkan keluarga besar.
AS, salah satunya. Pria Batak ini terpaksa menunda pernikahan putranya yang seharusnya diselenggarakan pada Rabu (25/3/2020).
AS dan keluarga besar harus memutar otak untuk mengatur ulang rencana pesta adat pernikahan anaknya.
Keluarga harus mengundur acara hingga waktu yang belum ditentukan.
"Yang jelas kita melihat kondisi. Jadi belum ada kepastian tanggal berapa. Kita lihat lah nanti," kata SA saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/3/2020).
AS harus berkoordinasi ulang dengan banyak pihak. Mulai dari gedung pertemuan, katering, tim dekorasi, pemain musik, dan vendor lainnya yang sudah dipesan.
Beruntung para penyedia jasa bisa memaklumi penundaan tersebut. Uang yang sudah disetor tidak hangus.
"Jadi mereka tidak beri penalti. Bisa diundur sampai waktu yang belum bisa ditentukan," terang dia.
Namun, tetap saja keluarga mengalami kerugian secara finansial. Mereka harus kembali merogok kocek untuk berbagai hal.
Contohnya, undangan yang harus dicetak ulang.
"Kita untuk undangan mau enggak mau cetak ulang. Jadi keluarlah uang Rp 6.000.0000," ujar dia.
Belum lagi mereka harus menggelontorkan uang untuk biaya penyemprotan desinfektan dan menyediakan pembersih tangan.
Pasalnya, keluarga tetap ingin prosesi pernikahan secara agama di gereja tetap digelar.
Keluarga ingin agar semua tamu yang hadir aman dari penularan penyakit.
"Sekitar Rp 3 juta lah (desinfektan). Untuk hand sanitizer kita juga perlu semua sekitar Rp 1 jutaan," terang dia.
Menyebar info penundaan
AS mengaku, sebanyak 800 undangan sudah tersebar ke sanak saudara dan kerabat kedua pihak jauh-jauh hari.
Setelah ada keputusan penundaan pesta adat, keluarga kerepotan untuk menyampaikan kepada mereka yang sudah menerima undangan.
"Iya itu, yang paling sulit adalah undangan yang sudah tersebar. Ada 800 undangan yang sudah tersebar, jadi bagaimana lah caranya membatalkan ini? Kan begitu," katanya.
Segala cara akhirnya ditempuh. Mereka menghubungi saudara, menyebar informasi lewat media sosial hingga grup-grup WhatsApp keluarga dengan format resmi.
"Kita sebar pemberitahuan di grup -grup. Kita umumkan acara resepsi pernikahan Anak kita ini ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Namun,untuk acara pemberkatan tetap dilaksanakan," terang dia.
Masalah belum selesai. Keluarga calon pengantin harus berhadapan dengan beragam respons keluarga besar.
Ada yang setuju dan kurang setuju atas pengunduran acara adat. Perdebatan internal keluarga tidak terelakan.
Pasalnya, prosesi adat Batak harus melibatkan keluarga besar dari kedua pasangan, terutama keluarga besar dari bapak dan ibu calon pengantin.
Biasanya, pembahasan internal keluarga sudah dilakukan selama berbulan-bulan.
"Sangat alot pembahasan waktu itu. Memang ada pertemuan kita antara keluarga saya dan hula-hula (sebutan untuk keluarga pihak istri AS). Pada kesempatan kedua juga kita buat pertemuan dan semuanya memang alot, sangat alot," terang dia.
Pada akhirnya, keluarga besar sepakat pesta adat diundur. Namun, ada beberapa keluarga yang tidak sepakat pemberkatan di gereja tetap berlangsung pada 25 Maret nanti.
Alasannya karena penyebaran virus Corona semakin meluas.
Di satu sisi, AS dan keluarga berusaha agar pemberkatan tetap berlangsung, meski menunda acara adat.
"Ada yang memutuskan tidak hadir dari keluarga sendiri. Mereka enggak bisa datang, kita bisa memaklumi lah itu," tambah dia.
Terselip kecewa
Meski rencana pernikahan secara agama tetap akan berjalan, tetapi AS mengaku terselip perasaan kecewa.
Sukacita yang dia bayangkan saat mengantarkan anak ke pelaminan pun perlahan sirna.
"Artinya yang hadir jadi sedikit, tidak terlalu banyak yang datang. Kemudian dekorasi ala kadarnya saja. Kita duduk akan jadi jaga jarak. Kegembiraan sukacita itu jadi tidak maksimal," terang dia.
Meski demikian, keputusan sudah diambil. Dia berharap acara nantinya bisa lancar.
"Jadi disahkan dulu dengan pemberkatan, kemudian acara adat bisa menyusul," pungkas dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/21/07300041/repotnya-orang-batak-batalkan-pesta-adat-pernikahan-karena-virus-corona-