Salin Artikel

Dilema Karyawan yang Masih Ngantor, Ongkos Ojol Mahal tetapi Khawatir Kena Corona di Transportasi Umum

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski pemerintah terus mengimbau untuk berkerja di rumah, sejumlah warga masih tetap harus pergi ke kantor sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Salah satu warga yang merasakan hal tersebut adalah Karnia (25). Perempuan yang bekerja di kawasan Blok M, Jakarta Selatan ini masih harus ke kantor meski tak setiap hari.

Kantor dia sudah menerapkan kebijakan untuk bekerja di rumah, tetapi secara bergantian.

Karnia menceritakan, salah satu kegalauan yang dirasakan teman-teman sekantornya ialah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk sekadar pergi ke kantor.

"Sekarang pulang pergi harus naik ojek online (ojol) soalnya kalau naik Transjakarta atau transportasi lainnya bakal banyak kontak dengan orang lain," kata Karnia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Namun, yang jadi masalah ialah naiknya ongkos ojek online dalam beberapa waktu belakangan sehingga ia harus merogoh kocek lebih.

Belum lagi belakangan potongan harga yang ditawarkan operator ojek online sudah mulai jarang didapatkan.

"Pagi ini saja ongkos dari Slipi ke sini sudah Rp 23.000, belum pulang nanti," ucap Karnia.

Hal serupa juga dirasakan oleh teman sekantor Karnia bernama Siti Sakinah. Ia yang biasa naik bus transjakarta pulang pergi kantor kini juga beralih menggunakan ojol demi mengurangi kontak dengan orang lain.

Walau tak setiap hari harus ke kantor, tetapi perempuan yang biasa disapa Ina tersebut tetap merasa pengeluarannya berkali lipat karena naik ojol.

"Tapi kalau tetap naik Transjakarta takut juga (tertular Covid-19)," ujar Ina.

Meski telah mengantisipasi kontak dengan orang lain dengan beralih sarana transportasi, ia tetap terpaksa banyak berkomunikasi dengan orang lain selama di kantor.

Pasalnya pekerjaannya sebagai frontliner perusahaan tersebut mengharuskan dirinya tetap bertemu dengan banyak orang.

Hal itu membuat Ina merasa khawatir meski perusahaan telah menetapkan SOP pelayanan selama pandemik Covid-19 seperti pemeriksaan suhu, penggunaan masker dan hand sanitizer.

"Ya akhirnya gue tiap sebentar cuci tangan, terus males pakai toilet kantor, bahkan mau makan pun jadi was-was," ucap Ina.

Tapi Ina tak punya pilihan lain untuk tetap bekerja sesuai dengan kebijakan kantor karena ia harus tetap membiayai dirinya sendiri meski ada dan tidak adanya Covid-19 ini.

Sebelumya, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengumumkan ada 579 kasus pasien yang positif Covid-19 hingga Senin (23/3/2020).

"Ada penambahan 65 kasus baru pasien positif Covid-19 hingga hari ini. Sehingga total ada 579 kasus pasien positif Covid-19 hingga saat ini," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin sore.

Berdasarkan data perkembangan hingga pukul 12.00 WIB hari ini, sebanyak 353 kasus dari 579 kasus positif Covid-19 tercatat berada di DKI Jakarta.

Angka ini bertambah 44 dari 309 pasien berdasarkan update data resmi Minggu (22/3/2020) pukul 12.00 WIB.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/24/11494391/dilema-karyawan-yang-masih-ngantor-ongkos-ojol-mahal-tetapi-khawatir-kena

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke