Salin Artikel

Kisah Petugas Pemakaman Covid-19, Hadapi Protes Keluarga Korban hingga Kurangi Ibadah di Masjid

JAKARTA, KOMPAS.com - Memakamkan jenazah dengan protokol jasad pasien positif Covid-19 membuat Jayadi, petugas TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, mempunyai banyak pengalaman baru.

Ia harus berhadapan dengan keluarga jenazah yang tak terima dengan proses pemakaman hingga harus mengurangi ibadah di masjid demi menjaga tetangga di lingkungan rumahnya terhindar dari virus itu.

Jayadi menceritakan pengalamannya itu kepada istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Fery Farhati, dalam siaran langsung di akun Instagram @fery.farhati, Selasa (28/4/2020).

Hadapi keluarga jenazah yang tak terima

Jayadi berujar, tidak semua keluarga korban menerima proses pemakaman dengan protokol jasad pasien Covid-19.

Protokol pemakaman jenazah pasien Covid-19, kata Jayadi, antara lain dimakamkan di lahan terpisah dengan jenazah lainnya, tidak dihadiri keluarga dalam jarak dekat, dan petugas harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

Mereka yang tak menerima prosedur itu biasanya merupakan keluarga pasien yang saat meninggal belum diketahui hasil tesnya atau masih suspect Covid-19.

"Kadang ada keluarga yang kurang menerima karena harus dimakamkan secara protap Covid, tetapi kami tetap harus ikuti prosedur," ujar Jayadi.

Menghadapi situasi tersebut, Jayadi dan rekan-rekannya di TPU Pondok Ranggon berupaya memberi penjelasan agar keluarga korban mengerti.

Jam kerja lebih panjang

Berhadapan dengan pemakaman jenazah pasien Covid-19 membuat jam kerja Jayadi dan rekan-rekannya lebih panjang.

Mereka harus datang lebih awal dan pulang kerja kadang-kadang lebih malam. Sebab, pemakaman jenazah dengan protokol jasad pasien Covid-19 tak bisa ditunda.

Tak jarang pula mereka harus kembali ke TPU Pondok Ranggon untuk memakamkan jenazah, saat mereka sudah pulang ke rumah.

"Kadang kami setelah pulang jam 17.00, sudah mandi, selesai shalat, suka ditelepon teman di lapangan, ada satu lagi (jenazah yang harus dimakamkan)," kata Jayadi.

Tantangan agar tak tertular

Tantangan terbesar menjadi petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 adalah memastikan tidak tertular.

Karena itu, selain memakai APD lengkap, para petugas selalu mengonsumsi vitamin.

"Jangan sampai kami membantu, kami menjadi korban. Niat kami ibadah untuk memakamkan jenazah Covid. Itu semangat kami. Kami minum asupan vitamin untuk daya tahan tubuh," ujar Jayadi.

Terima banyak donasi

Para petugas pemakaman di TPU Pondok Ranggon menerima banyak donasi dari berbagai pihak. Tiap harinya, ada saja yang memberikan bantuan nasi bungkus hingga takjil untuk berbuka puasa.

Ada pula yang memberikan vitamin dan APD.

"Kami ucapkan terima kasih yang men-support para petugas pemakaman di TPU Pondok Ranggon yang tak henti-hentinya mengirimkan donasi setiap hari," kata Jayadi.

Kurangi ibadah di masjid

Hal lain yang berubah setelah memakamkan jenazah dengan protokol jasad pasien Covid-19 adalah soal ibadah.

Jayadi kini lebih banyak beribadah di rumah. Ia mengurangi ibadah di masjid demi menjaga tetangga di lingkungan rumahnya terhindar dari virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.

Sebagai petugas pemakaman yang mengurus jenazah pasien Covid-19, Jayadi khawatir menjadi pembawa virus (carrier) dan menularkannya kepada yang lain.

Para tetangga pun khawatir akan hal itu.

"Awal-awalnya ada dari kekhawatiran masyarakat setempat (tetangga). Bahkan untuk dari segi ibadah pun saya agak mengurangi ke masjid," ucap dia.

Tak hanya tetangga, keluarga Jayadi sendiri mulanya mengkhawatirkan pekerjaannya. Namun, keluarga pada akhirnya mendukung dan menilai pekerjaan tersebut sebagai bentuk ibadah.

"Insya Allah ada nilai pahalanya dari Allah SWT makanya keluarga mendukung," tutur Jayadi.

Jumlah jenazah menurun

Dalam kesempatan itu, Jayadi juga menceritakan penurunan jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protokol jasad pasien Covid-19.

Pada masa awal, jenazah yang dimakamkan dengan protokol itu mencapai 30 jasad tiap harinya. Namun, jumlah itu menurun dalam dua pekan terakhir ini.

"Yang biasanya di atas 25, 27, sekarang sudah agak menurun, bisa 12-17, 20 (jenazah) paling banyak," kata Jayadi.

Dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Jayadi berharap jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protokol jasad pasien Covid-19 terus berkurang.

Pesan untuk warga Jakarta

Jayadi berpesan kepada seluruh warga Jakarta untuk menaati seluruh aturan PSBB dan mengikuti imbauan pemerintah, khususnya untuk tetap berdiam diri di rumah.

Sebab, hal itu bisa memutus mata rantai penyebaran virus corona.

"Setidaknya itu bisa membantu kami untuk mengurangi jenazah yang kami makamkan di TPU Pondok Ranggon ini," kata Jayadi.

Per Selasa kemarin, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta mencapai 3.950 orang.

Dari total pasien positif Covid-19, ada 341 orang yang telah dinyatakan sembuh, sementara pasien yang meninggal dunia sebanyak 379 orang.

Sepanjang Maret sampai 24 April 2020, jenazah yang dimakamkan dengan protokol jasad pasien Covid-19 di Jakarta mencapai 1.666 orang, baik pasien positif maupun suspect Covid-19.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/29/08564881/kisah-petugas-pemakaman-covid-19-hadapi-protes-keluarga-korban-hingga

Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke