Kelurahan-kelurahan itu yakni Bantargebang, Ciketing Udik, Marga Jaya, Harapan Jaya, Jatirangga, Jatirangon, Jatimurni, Jatikarya, Kranggan, Cimuning.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah setempat untuk mempertahankan wilayahnya tetap ada dalam zona hijau.
Lurah Bantargebang Satim Susato menyampaikan, meski wilayahnya berada di zona hijau ia selalu menganggap wilayahnya seolah ada dalam zona merah.
Dengan begitu, warga tak anggap remeh dan terus terpacu untuk mencegah penyebaran Covid-19 di wilayahnya.
“Untuk menakut-nakuti warga walaupun wilayah kita zona hijau tetap dibuat zona merah. Kalau tujuannya bagus enggak apa-apa,” ujar Satim saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/4/2020).
Satim meyampaikan, ia juga gencar keliling wilayahnya untuk mengawasi pergerakan masyarakat.
Diaa tak segan menegur warga yang masih berada di luar rumah tanpa memakai masker. Apalagi anak-anak muda yang masih nongkrong malam hari.
“Saya keliling siang malam, saya selalu dengan staf Bhinmas Pol dan Bhabinsha saya sweeping juga jam malam. Walaupun sudah kita awasi, warga tetap aja bandel, PSBB pertama sudah maksimal, PSBB kedua lebih maksimal lagi,” kata Satim.
Pihak Pemkot juga berkeliling mengawasi Pasar Bantar Gebang yang masih beroperasi meski jam operasionalnya sudah dibatasi mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Lalu pada jam malam, pasar dibatasi beroperasi pukul 22.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB.
Dia mengakui masih ada beberapa toko di luar dari sektor yang dikecualikan masih nekat untuk buka.
Namun, ia terus melobi pelaku usaha itu untuk menutup tokonya hingga pandemi Covid-19 selesai.
“Banyak yang bandel, tapi tergantung kitanya walaupun susah ya, kita upayakan kita mohon lah untuk mereka tutup. Alhamdullilah beberapa ngerti,” ucap Satim.
Selain itu, karantina wilayah terbatas di tiap RW juga menjadi kebijakan andalannya. Menurut dia, adanya karantina wilayah terbatas ini berpengaruh menekan angka Covid-19.
Dengan adanya karantina wilayah terbatas, warga bisa saling memproteksi satu sama lain.
“Kalau kita kan enggak bisa mengawasi setiap saat ya, makanya kalau dengan bantuan warga. Bisa saling mengawasi,” kata Satim.
Selain itu, dengan adanya karantina wilayah terbatas, kata Satim juga sebagai arena gotong royong warga.
Baik itu mencegah penyebaran Covid-19 maupun membantu warga yang terdampak Covid-19.
“Kita jaga penyebaran, kalau ada warga yang ekonomi lebih pasti gotong royong, di sini kita pentingnya begitu gotong royong kalau individu enggak bisa, saya juga begitu,” ucap dia.
Bahkan, kata Satim, dia pun mencari sponsor ke beberapa pengusaha kenalannya untuk warganya. Sehingga bantuan di wilayahnya tak hanya mengandalkan dari Pemerintah.
Sementara itu, Lurah Cimuning Nani Nariah mengaku terus menerapkan semua kebijakan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Ia terus menyosialisasikan warga betapa bahayanya Covid-19 sehingga masyarakat bisa hidup sehat.
“Dari yang Kepala Daerah itu kan edaran maklumat terus mengajak masyarakat agar tetap berpola hidup sehat. Kita imbau ke masyarakat dengan koordinasi dengan RT RW," ucap Nani.
Ia juga tak memperbolehkan warga lain ke wilayahnya jika tak mengenakan masker. Sebab wilayahnya terus dijaga oleh beberapa petugas dan aparat.
“Kalau karantina wilayah terbatas kita tetap ada batasannya portal, jadi kalau tanpa masker masuk wilayah kita, tak akan dibiarkan masuk,” ucap dia.
Nani juga berkoordinasi dengan pengurus masjid-masjid di wilayahnya untuk tidak menggelar ibadah agar tak menimbulkan kerumunan.
Ketika masih ditemukan masjid yang menggelar shalat berjamaah, ia tak segan menegur penguru masjidnya dan memberi arahan.
“Kita datengin memberikan arahan jangan menggelar shalat berjamaah lagi, semua dilakukan di rumah,” tutur dia.
Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan wilayah mereka tetap berada di zona hijau.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/16301331/berbagai-upaya-lurah-di-kota-bekasi-pertahankan-wilayahnya-tetap-di-zona