Fakta tersebut membuat para penumpang semakin khawatir menggunakan KRL.
Pasalnya, tidak semua pegawai bekerja dari rumah. Mereka harus tetap berangkat ke kantor di tengah pandemi Covid-19.
Savira Maulidia (23), misalnya. Setiap hari kerja, karyawan swasta ini masih menggunakan KRL pergi dan pulang kantor.
Ia bekerja di perusahaan yang termasuk sektor pengecualian untuk bisa beroperasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Masih kerja, perusahaan saya kan (sektor) pengamanan," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (7/5/2020).
Sehari-harinya, Savira menggunakan KRL tujuan Bogor-Jakarta. Ia mengaku semakin khawatir setelah mengetahui adanya penumpang yang positif Covid-19.
"Makin khawatir sih pasti, tapi bingung juga sebenarnya harus gimana. Itu baru stasiun Bogor ya yang ketahuan (Positif Covid-19). Belum (penumpang yang naik dari) stasiun yang lain, pasti banyak juga yang enggak ketahuan," ujar dia.
Savira mengaku terpaksa tetap menggunakan KRL karena perjalanannya lebih cepat dan mudah dijangkau dibandingkan angkutan umum lain.
Untuk mengurangi potensi penularan Corona di KRL, dia menghindari jadwal pemberangkatan pertama yang kerap padat dengan penumpang.
"Sampai sengaja jalan agak siang biar lenggang. Pasti selalu dapat duduk kalau berangkat siang. Kalau pulang pasti berdiri," kata Savira.
Dia berharap agar kedepannya pengguna KRL bisa lebih dibatasi. Misalnya, hanya untuk masyarakat yang memang bekerja atau benar-benar mendesak.
"Seharusnya di setiap stasiun ada petugas yang cek pengguna KRL itu bener kerja atau enggak. Ada surat tugasnya atau enggak. Saya dapat surat dari kantor dari awal PSBB sampai sekarang. Belum pernah ada yang cek," kata Savira.
Hal senada diungkapkan pengguna KRL lain, Fitra (24). Pada awalnya, dia tidak terlalu memikirkan potensi penularan Covid-19 di transportasi umum selama disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Namun, ketika ada enam penumpang yang ternyata positif, Fitra mengaku khawatir ketika menggunakan KRL, terutama ketika kondisi kereta cukup padat.
"Awalnya si biasa nih, dulu-dulu kan juga ada tuh yang positif Covid-19 dan masih cuek. Tapi makin kesini kayaknya kok khawatir juga dan mulai takutan. Saya malah kadang enggak mau kerja karena saking parnonya," ungkap Fitra.
Fitra berharap agar pengawasan terhadap pengguna KRL lebih ditingkatkan seiring dengan adanya penumpang yang positif Covid-19 di Bogor dan Bekasi.
"Ada pengecekan suhu tubuh, dan itu biasanya cuma dilakukan di stasiun-stasiun besar. Kayak di Stasiun Universitas Pancasila itu enggak ada, yang ada misalnya di Manggarai, Bogor, Depok," ungkapnya.
Di sisi lain, dia berharap agar masyarakat yang sebenarnya memiliki kendaraan pribadi sebaiknya tidak menggunakan transportasi umum termasuk KRL.
Dengan memprioritaskan KRL untuk masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi, kata Fitra, dapat mengurangi kepadatan penumpang dan terjadinya penularan Covid-19.
"Kita memang enggak bisa membatasi orang yang bener urgen dan yang enggak, bingung juga si. Cuma kasian badan sendiri, kasian juga orang lain," kata dia.
Sebelumnya, sebanyak enam penumpang KRL dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani uji Swab dengan metode PCR yang dilakukan di dua stasiun berbeda.
Tiga penumpang positif Covid-19 saat diperiksa di Stasiun Bogor pada Senin (27/4/2020) lalu.
Sementara tiga penumpang lainnya diketahui positif Covid-19 ketika diperiksa di Stasiun Bekasi pada Selasa (5/5/2020).
Keenam penumpang tersebut masuk kategori kategori orang tanpa gejala (OTG) yang sebelumnya tidak menyadari bahwa mereka sudah terinfeksi Covid-19.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/08/09084561/dilema-para-pengguna-krl-semakin-khawatir-setelah-6-penumpang-positif