BEKASI, KOMPAS.com - Belakangan ini, kasus Covid-19 kerap dijadikan bahan lelucon demi menarik perhatian orang di media sosial.
Awalnya, muncul dari seorang YouTuber bernama Ferdian Paleka yang membuat konten prank dengan memberikan kardus sembako berisi batu dan sampah kepada kaum waria atau transpuan di Bandung, Jawa Barat.
Aksinya itu pun lantas langsung dikecam masyarakat. Korban yang merasa dirugikan kemudian melaporkan Ferdian Paleka dan teman-temannya ke polisi.
Ferdian pun dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik dan terancam UU ITE. Kemudian, ia akhirnya ditangkap polisi pada Jumat (8/5/2020).
Selain itu, selebgram Sarah Keihl pun kini tengah menjadi sorotan karena mengunggah video dirinya yang menyatakan ingin melelang keperawanannya untuk membantu melawan Covid-19.
Usai videonya viral di media sosial dan mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat, selebgram dengan akun Instagram @sarahkeihl itu menghapus konten videonya.
Ia kemudian mengklarifikasi unggahan videonya dan meminta maaf kepada publik.
Sarah mengaku bahwa konten video yang dibuatnya tersebut bertujuan menyindir masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Sarah meminta maaf atas konten video yang dibuatnya dan menyatakan bahwa konten tersebut hanya candaan.
"Konten yang saya berikan di Instagram memang bentuknya sarkasme dan bercanda, aku harap teman-teman mengerti tujuanku walaupun caranya salah," bunyi potongan pernyataan Sarah dalam akun Instagram-nya.
Penyintas Covid-19 prihatin
Menggapi berbagai candaan itu, Arief Rahman, penyintas pertama Covid-19 di Kota Bekasi ini mengaku prihatin.
Seharusnya, kata Arief, masyarakat prihatin dengan adanya pandemi Covid-19 dan bisa menggunakan media sosial dengan bijak.
"Saya prihatin sekali melihat keadaan sekarang. Saya sampaikan masyarakat yang begitu menjadikan Covid jadi bahan lelucon bukan masyarakat yang cerdas. Kalau saya boleh marah, saya marah,” kata Arief saat dihubungi, Jumat (22/5/2020).
Menurut Arief, mereka yang bercanda bahkan menganggap remeh kasus Covid-19 dan tak menghargai kerja keras tenaga medis saat ini.
Meskipun tenaga medis memang bertugas untuk melayani dan merawat masyarakat yang terkena Covid-19, seharusnya masyarakat bisa simpatik dengan pengorbanan mereka selama ini.
Pasalnya, tenaga medis berjuang untuk menyembuhkan satu per satu anggota masyarakat yang mulai berjatuhan terkena Covid-19.
"Punya rasa empati gitu, jangan malah menyepelekan. Saya bingung pemahaman masyarakat tentang kondisi saat ini, ini masyarakatnya yang gagal paham atau pesan pemerintahnya kurang tersampaikan ya," kata dia.
Menjadi pasien positif Covid-19, menurut dia, adalah satu kejadian yang sempat membuatnya terpuruk.
Ia harus melewati masa pemulihan selama satu setengah bulan untuk bisa kembali sehat.
Namun, nyatanya kondisi masyarakat saat ini malah mendekatkan diri menuju Covid-19 dan bahkan menjadikannya bahan lelucon semata.
“Coba bayangin jadi pasien positif Covid-19, diisolasi tanpa bisa bertemu keluarga. Harus berjuang juga melawan penyakit itu, itu butuh waktu lama,” kata dia.
Arief mengatakan, seharusnya masyarakat, khususnya anak muda, mulai sadar bahwa Covid-19 ini harus dilawan bersama.
Melawan Covid-19 bisa dengan menggunakan media sosial sebaik mungkin, yaitu memotivasi masyarakat untuk bangkit, menyebarkan protokol pencegahan, serta memberi semangat untuk pasien positif Covid-19 dan tenaga medis.
Ia juga meminta masyarakat bersikap cerdas untuk menekan angka kasus Covid-19, sehingga situasi Indonesia normal kembali tanpa Covid-19.
“Kita menyadari kita harus kerja sama ikuti protokolnya. Apakah enggak ada waktu lain untuk nongkrong? Kalau memikirkan keinginan, semua juga ingin, kalau enggak butuh enggak usah, jadi masyarakat yang cerdas,” tutup dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/23/05501101/video-viral-prank-sampah-dan-lelang-keperawanan-penyintas-covid-19-saya