Hal tersebut melihat dari peristiwa ramainya beberapa pasar di Jakarta sebelum hari Lebaran, beberapa waktu lalu.
"Masyarakat harus dididik dengan misalnya membuat tanda jarak 1 meter di pasar. Ini harus jadi standar normal baru ke depan. Kondisi ini juga harus diawasi," kata Gilbert, Selasa (26/5/2020).
Menurut dia, peristiwa keramaian di pasar merupakan bukti Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang tegas dalam mendidik warga untuk mencegah penularan Virus Corona.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta tidak hanya mengimbau masyarakat, tetapi perlu memberi tindakan tegas agar protokol kesehatan dipatuhi.
"Imbauan atau kata-kata saja hanya akan membuat peningkatan risiko gelombang kedua yang lebih besar. Masyarakat harus dididik," terang dia.
Sebelumnya, sempat terjadi keramaian di beberapa pasar di Jakarta selama PSBB. Salah satunya di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Minggu (17/5/2020).
Masyarakat berbondong-bondong datang ke pasar demi memburu pakaian baru menjelang Lebaran.
Camat Tanah Abang Yassin Passaribu menjelaskan, para pedagang tersebut merupakan penjual pakaian.
Mereka tidak termasuk dalam sektor yang dikecualikan untuk beroperasi saat PSBB.
Namun, petugas Satpol PP tingkat Kecamatan Tanah Abang tidak bisa mencegah terjadinya kerumunan pedagang dan pembeli karena jumlahnya sudah terlalu banyak.
“Iya tadi kita sudah berusaha juga. Cuma memang lebih banyak pedagang, kuli panggul, dan sebagai macam,” ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (17/5/2020) malam.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/26/13380211/anggota-dprd-dki-minta-pemprov-dki-serius-atur-kegiatan-di-pasar-untuk