Suasana gerah kadang-kadang disusul oleh turunnya hujan.
Lantas, mengapa fenomena ini terjadi? Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menyampaikan beberapa penjelasan:
1. Faktor kelembapan
Menurut Herizal, suasana gerah secara meteorologis disebabkan salah satunya oleh suhu kelembapan udara yang tinggi.
“Kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara. Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut,” kata Herizal melalui keterangan tertulis, Selasa (26/5/2020).
Saat ini, kelembapan di Indonesia ada di kisaran 80-100 persen, menurut pantauan BMKG.
2. Faktor suhu
Ketika kelembapan tinggi berpadu dengan suhu yang juga tinggi, maka suasana gerah akan terasa.
“Apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah,” ujar Herizal.
“Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari,” tambah dia.
3. Tanda memasuki musim kemarau
Di sisi lain, suasana gerah menandakan bahwa suatu wilayah hendak menyongsong musim kemarau. Tutupan awan makin berkurang sehingga memperbesar ruang bagi panas matahari merambah permukaan bumi.
Berdasarkan pantauan BMKG, sekitar 35 persen wilayah zona musim di Indonesia baru saja memasuki musim kemarau pada pertengahan Mei ini, termasuk sebagian area Jabodetabek.
Di Jabodetabek, wilayah Bekasi bagian utara serta sebagian Jakarta sudah memasuki musim kemarau, sehingga suhu udara semakin tinggi.
4. Fenomena biasa
Herizal juga berujar, suasana gerah ini merupakan fenomena yang wajar dan rutin terjadi hampir setiap tahun pada periode April-Mei.
Berdasarkan catatan BMKG, periode April-Mei merupakan salah satu periode dengan suhu tertinggi di Indonesia, selain saat puncak kemarau pada Oktober-November.
Dia mengatakan, warga tak perlu gusar.
“Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan,” ujar Herizal.
5. Suhu tertinggi di Jakarta terekam di Kemayoran
Menurut data BMKG, beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya telah mencatatkan suhu yang cukup tinggi selama 5 hari terakhir.
“Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di (area sekitar Bandara) Soekarno-Hatta (Tangerang, dengan suhu) 35°C dan Kemayoran 35°C,” ujar Herizal.
Di samping itu, wilayah Tanjung Priok dan Ciputat (Tangerang Selatan) juga mendekati “capaian” itu, yakni dengan laporan suhu 34,8°C dan 34,7°C.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/27/06331641/5-penjelasan-bmkg-soal-panasnya-cuaca-jabodetabek-belakangan-ini